Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (7)

23 Maret 2021   12:10 Diperbarui: 23 Maret 2021   15:12 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (Inprnt.com)

"Ba-baik, Yang Mulia!"

"Jenderal Gau, Anda yang paling bertanggung jawab atas keselamatan negeri ini!"

"Hamba mengerti, Yang Mulia."

Jenderal berbadan tambun itu hanya mengangguk-angguk dengan sepasang mata lunaknya yang menekuri lantai balairung basilika istana. Ia seperti kehilangan akal. Sejak Perdana Menteri Shu Yong memulai lawatannya ke Eropa dalam rangka kunjungan bilateral tujuh bulan lalu, ia seperti kehilangan partner yang dapat diandalkan.

Memang, selama ini Perdana Menteri Shu Yong-lah yang menjadi penentu kebijakan militer pasca pemecatan Jenderal Shan Yu lima tahun lalu. Dan ketika negara dalam keadaan genting akibat pembelotan dan pengkhianatan mantan Jenderal Shan-Yu, maka ia seperti jenderal muno yang tidak tahu harus berbuat apa.

Sebagai pemimpin atase militer pusat, ia telah menerapkan strategi dan taktik yang salah dalam menghadapi serbuan pasukan pemberontak Han. Daerah yang seharusnya rawan seperti di Tung Shao luput dari perhatiannya. Daerah Tung Shao praktis tidak terkawal kecuali kehadiran prajurit-prajurit dari Kamp Utara yang memang berbarak di daerah itu.

"Mohon ampun, Yang Mulia. Hamba Bao Ling, menyampaikan pesan dari Kapten Shang Weng dan Asisten Fa Mulan untuk segera meminta militer pusat mengirimkan sebanyak mungkin kuda yang ada di Ibu Kota Da-du," Bao Ling maju setindak, mengatupkan kedua tangannya menabik, lalu menyampaikan pesan yang diperintahkan Fa Mulan kepadanya. "Hamba Bao Ling, sudah menyampaikan manuskrip dari kedua pemimpin di Kamp Utara itu kepada Jenderal Gau Ming. Permintaan disetujui apabila ada referensi dari Yang Mulia!"

Kaisar Yuan Ren Zhan melangkah sedepa dari meja, menuruni satu undakan lebar di depan, berdiri dengan tangan mengepal di situ. Ditatapnya Jenderal Gau Ming yang masih menundukkan kepala.

"Referensi dari saya?!" teriaknya dengan suara letup, membahana membelah partikel sunyi. Suaranya nyaring membentur dinding-dinding bervinyet teratai, memantul membentuk gaung. "Apakah untuk urusan sepele itu pun saya harus turun tangan?!"

"Mo-mohon am-ampun, Yang Mulia," ujar Jenderal Gau Ming dengan tubuh gemetar. "Mak-maksud hamba, hamba tidak ingin melangkahi keputusan mutlak Yang Mulia...."

"Alasan mati!" teriak Kaisar Yuan Ren Zhan dengan nadi yang mengurat di sekujur lehernya. "Anda memang tidak becus, Jenderal Gau!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun