"Apa yang meresahkan Anda, Asisten Fa?"
Bao Ling menyibak daun tenda, tampak menongolkan kepalanya. Ia keluar dari tendanya. Menghampiri Fa Mulan yang masih duduk di salah satu tebangan batang pinus.Â
Sejak Fa Mulan diangkat oleh atase militer Yuan sebagai asisten Kapten Shang Weng, sahabat-sahabatnya, baik yang sudah menjadi Prajurit Madya maupun yang masih berstatus prajurit landai, memanggilnya dengan 'Asisten Fa'. Sebuah panggilan formal dalam kemiliteran Kekaisaran Yuan. Fa sendiri adalah nama marga Fa Mulan.
Fa Mulan tidak menggubris. Ia benar-benar resah. Mungkin besok atau lusa mereka akan tertawan oleh Shan-Yu. Dipandanginya kembali gemintang di atas langit kelam setelah mendongak sebagai bentuk kegelisahannya.
Bao Ling masih menegur pelan. "Asisten Fa...."
Namun belum ada sulih atas sapanya yang melantun di antara bunyi kerak unggun tadi. Bao Ling turut duduk di ujung batang pinus yang lembab berambun tanpa berpikir untuk mengganggu dengan sapanya yang satin meski ia prihatin. Hanya dipandanginya wajah keras gadis asal Chengdu itu. Maharana memang telah menuakan rona manis parasnya. Beberapa kerut-merut yang membentuk garis di sekitar kantung matanya membuktikan perjuangan yang telah dilewatinya dengan keras.
"Tidurlah. Kamu memerlukan istirahat yang cukup. Lima hari lagi pasukan pemberontak Han pasti sudah sampai di sini. Kita mesti punya cukup tenaga untuk melawan mereka," balas Fa Mulan akhirnya, tanpa menoleh. Ia menyimak lidah unggun yang sesekali menggemeretak dan menimbulkan lelatu kecil.
"Justru Andalah yang seharusnya perlu banyak beristirahat. Sudah tiga hari ini saya lihat Anda tidak pernah tidur," tolak Bao Ling sembari melembar sebilah kayu bakar ke lidah unggun.
Fa Mulan mengembuskan napas keras. "Saya sedang memikirkan taktik apa untuk dapat menaklukkan mereka!"
"Tapi, tidak seharusnya Anda yang memusingkan urusan strategi pertahanan seperti itu, Asisten Fa. Bukankah itu urusan para jenderal di Ibu Kota Da-du?" sanggah Bao Ling, kembali melemparkan sebilah kayu bakar ke lidah unggun.
Fa Mulan tersenyum sinis. Salah satu ujung bibirnya terangkat sedikit ke atas. Dan ia menatap sepasang mata sipit Bao Ling dengan mimik protes setelah menoleh ke wajah tirus tersebut.