Sementara itu, Siao Mei masih anteng, berusaha mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Selain perabotan rumah tangga yang berdebu, tidak banyak yang dapat ia saksikan di sana. Sebetulnya tempat itu tidak seseram apa yang diceritakan Chen Chiang kepadanya.
Tidak ada tabela atau petimati seperti yang sering ia tonton dalam film-film horor Mandarin. Tidak ada mayat serupa mumi berseragam prajurit Dinasti Qing dengan selembar fu -- jimat beraksara kanji Tiongkok pada selembar kertas berwarna kuning -- yang menempel di dahinya. Tidak ada meja persembahyangan dengan alwah -- kayu nisan kecil -- di atasnya. Juga tidak ada chinesse vampire yang menyeringai dengan sepasang gigi taringnya yang khas!
"Sstt... jangan nyalakan senter!"
"Kenapa?"
"Bisa mengundang perhatian Qing mo-kui!"
"Hei, justru itu yang kita inginkan, kan?!"
"Ka-kamu...."
"Kita kemari bukan untuk melihat perabotan tua dengan selubung debu yang setebal tripleks, kan?"
"Tentu saja bukan!"
"Nah...."
"Sstt... kecilkan suaramu, dong!"