Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Imlek dan Selembar Kenangan Merah Darah

21 Februari 2021   08:38 Diperbarui: 21 Februari 2021   08:47 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen Imlek dan Selembar Kenangan Merah Darah. (Effendy Wongso)

Sejak tragedi naas itu pula, Airin tinggal di rumah pamannya. Ia dianggap anak sendiri oleh Oom Surya Wijaya, dan menjadi adik perempuan buat Revo yang terlahir sebagai anak tunggal.

"Sekolah terbengkalai, juara kelas nihil!"

"Aku...."

"Sampai kapan...?!"

"Tapi...."

"Kamu bukan Airin yang aku kenal empat tahun lalu! Airin yang ceria. Airin yang juara kelas.  Airin yang menjadi kebanggaan keluarga Wijaya! Airin yang...."

"Cu-cukup, Revo!"

"Belum cukup apabila kamu masih saja mengiang-ngiang keluargamu yang sudah berada di alam baka. Jangan-jangan arwah mereka akan menjadi roh gentayangan karena tidak nyaman mendengar tangisanmu yang menyayat kalbu itu!"

"Ka-kamu...."

"Sori. Aku tidak bermaksud menghina mendiang keluargamu. Tapi, aku tidak suka kamu menyesali kematian mereka. Aku tidak suka kamu jadi parno begitu karena tidak tawakal melepas kepergian mereka."

"Tapi...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun