Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gugurnya Sang Ksatria Sejati

2 Desember 2012   14:24 Diperbarui: 4 April 2017   18:19 9677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semoga Hyang Widi selalu memberikan berkah kepadamu, Adikku Karna......."

Berlahan Karna memejamkan matanya, napasnya semakin terasa berat.Kini terbayang olehnya wajah Dewa Surya, ayahnya.Dua hari yang lalu sebelum dia bertemu Sri Kresna dan Ibunya, Dewa Surya telah menemuinya untuk menjelaskan silsilah dirinya. Berkat penuturan ayahnyalah ia jadi tahu tentang kebenaran akan kabar angin selama ini yang mengatakan dirinya adalah putra sulung Dewi Kunti, nyata adanya.

"Anakku Karna, dari sejak lahir telah kuwariskan padamu Anting Mustika dan Kotang Kerei Kaswargan. Anting Mustika akan selalu mengingatkanmu bila ada bahaya yang mengancam. Kotang Kerei Kaswargan akan membuatmu kebal terhadap semua jenis senjata. Jangan sampai kedua pusaka tersebut lepas darimu, siapapun yang memintanya".

"Ayahanda, bilamana yang meminta adalah seorang brahmana maka akan hamba berikan walaupun jiwa hamba menjadi taruhannya".

Setelah ayahnya berlalu datanglah pada Karna seorang brahmana tua yang sebenarnya penjelmaan Batara Indra, ayah Arjuna, meminta kedua pusaka pemberian ayahnya. Tanpa menanyakan alasannya dengan ikhlas Karna menyerahkan kedua pusaka tersebut, "Jika Bapa Guru menginginkannya, akan hamba berikan. Tetapi hamba tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskannya karena hanya dewa saja yang mampu mengambil pusaka ini dari tubuh hamba".

Dewa Indra begitu terharu dengan keikhlasan Karna.Dilepaskannya kedua pusaka tersebut dari tubuh Karna sambil berkata, "Karna, engkau sungguh berbudi luhur.Pengorbananmu sungguh tiada terkira, kelak tidaklah ada yang mengingatmu sebagai pembela angkara murka".

---------

(Ref: Ensiklopedia Wayang)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun