Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gugurnya Sang Ksatria Sejati

2 Desember 2012   14:24 Diperbarui: 4 April 2017   18:19 9677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1354458041901628892

Karna melihat semakin deras linangan air mata ibunya, hatinya begitu terharu. Dengan menguatkan hati ia berkata dengan lembut, "Ibunda, hamba memahami kepedihan hati ibu.Baratayuda adalah sarana menumpas keangkaramurkaan yang dilakukan Kurawa, setiap orang yang melangkah pada jalan darmanya harus berkorban demi ketentraman dunia. Ada yang harus mengorbankan jiwanya, istri mengorbankan suaminya, kekasih mengorbankan orang yang disayanginya, dan tidak terkecuali ibunda Dewi Kunti.Kepedihan ibu adalah pengorbanan untuk kebahagian dan kedamaian masyarakat banyak. Bila nanti Adinda Arjuna gugur, maka ia gugur sebagai pahlawan, Ibu akan bangga padanya. Demikian pula bila hamba yang tewas, ibu pun boleh merasa bangga karena hamba tewas dalam menjalankan darma ksatria dan hamba mati bukan sebagai pengkhianat negara".

Tak terasa air mata Karna meleleh dari kedua kelopak matanya, hatinya diliputi keharuan manakala Dewi Kunti dengan berkucuran air mata memeluknya, mencium ubun-ubun dan keningnya.Inilah kebahagiaan terbesar yang pernah Karna rasakan."Anakku, sejak engkau masih bayi aku telah kehilanganmu.Aku tidak bisa merawat, membesarkan dan mengasihimu.Maafkanlah ibumu ini.Biarkan aku membuatkanmu makanan dan menyuapimu barang sejenak.Restuku untukmu, anakku. Doaku untukmu, anakku...........".

Pikiran Karna terus melayang ke belakang, bukankah tadi sebelum bertemu sang ibu Sri Kresna juga telah menemuinya guna membujuknya juga.

"Adikku Karna, Baratayuda bukan perang kecil dan akan dimulai besok pagi. Akan jatuh banyak korban, berjuta wanita akan menjadi janda, berjuta ibu akan kehilangan anaknya. Ini adalah perang antara kebaikan melawan kebatilan.Membela kebenaran adalah hal mutlak yang harus dilakukan seorang ksatria sejati".

"Kakanda Kresna, saya tidak pernah membela keangkaramurkaan. Saya berperang semata-mata karena darma saya sebagai seorang prajurit dari kerajaan Hastinapura. Soal kalah atau menang itu bukan lagi hal yang penting tapi bagaimana saya menjalakan kewajiban sebagai seorang prajurit untuk menghadapi lawan-lawanya itulah yang terpenting. Bahkan saya sangat mengingikan perang ini bisa terjadi".

"Dengan adanya Dinda Karna dipihak musuh ini akan menyulitkan para Pandawa tetapi bila Dinda Karna mau berpihak pada Pandawa maka perang besar ini pasti bisa dicegah. Kurawa tentu tidak akan lagi menginginkan jalan perang karena mereka tidak punya panglima yang dapat mereka andalkan. Peperangan akan selalu membawa penderitaan bagi banyak orang, kalau bisa dicegah kenapa Adinda tidak mencegahnya?"

"Adik-adik saya Pandawa bukanlah orang yang takut akan kesulitan.Saya telah mengenal baik Kurawa satu persatu secara pribadi sejak mereka masih kecil.Tabiat mereka penuh dengan keserakahan. Bahkan Kakek Abiyasa, Maharesi Bisma, Begawan Drona, Resi Krepa, yang tinggi ilmu, wibawa dan budi pekertinya pun tidak sanggup menasehati mereka. Tidak ada cara lain untuk memberantas keangkaramurkaan tersebut selain hanya dengan meniadakan mereka dari muka bumi ini. Itulah sebabnya saya berketetapan hati membela Kurawa dan tiada hentinya saya terus membakar semangat Adinda Prabu Duryudana agar jangan pernah takut berperang agar perang besok bisa terjadi sebagaimana mestinya.Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti, sehebat-hebatnya kebatilan pasti akan hancur oleh kebaikan".

"Dinda Karna, dengan engkau sebagai panglima perang Hastina tentu nanti akan jatuh banyak korban dari kedua belah pihak??"

"Sudah menjadi hukum alam bahwa harus ada pengorbanan untuk setiap perubahan".

"Pengorbanan Dinda Karna dengan Adinda Arjuna jelas berbeda. Jika nanti Dinda Karna gugur dalam perang maka sejarah akan mencatat dinda gugur karena membela yang salah. Sedangkan bila Adinda Arjuna yang gugur maka ia akan dianggap pahlawan pembela kebenaran. Renungkanlah hal itu".

"Sebagai ksatria saya tidak boleh memperhitungkan untung dan rugi dalam menjalakan darma.Biarlah sejarah mencatat saya sebagai pembela nafsu angkara murka.Biarlah nama saya hancur dalam menjalakan darma karena nama itupun telah dan akan saya korbankan demi tegaknya kebenaran dan keadilan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun