Mohon tunggu...
Efendi Ari Wibowo
Efendi Ari Wibowo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PKnH FISE UNY 2009

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perpustakaan Anak: Hak Anak yang Terabai

28 Juni 2011   02:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:07 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini pun terjadi di perpustakaan anak kota Yogyakarta. Mereka mengakui kalau koleksi bukunya sedikit di banding perpus lain. Walaupun koleksi buku-bukunya dikatakan harganya mahal daripada yang lain."kita tidak menaruh buku pelajaran sekolah, karena itu tempatnya di perpustakaan sekolah. Kita menyediakan buku-buku yang bagus, yang paling mahal diantara yang lain. Buku bergambar seperti pop up. Kita menyediakan buku-buku yang up to date, meski bukunya sedikit dibanding Komik di perpustakaan anak kota yogyakarta ini, disediakan dalam berbagai jenis perpus lain, tapi selalu up to date,"ujar Nurlia Rahmawati A. Md. "kita tidak keberatan dengan komik. Kita menyediakan komik tidak hanya SD, tapi SMP dan SMA juga," pungkasnya.

Di perpustakaan anak reading corner ada kategori jenis buku tertentu yang boleh disediakan untuk anak. Buku-buku yang mengajarkan tentang kebersamaan melalaui proses kreasi. "buku-buku yang di sini kita benar-benar menyeleksi buku-buku yang masuk di sini ini. Pantes gak sih buat anak. Menurut kaya dongeng, tumbuhan, anatomi, dan lain sebagainya. Sangat selektif. Seandainya buku itu mengajarkan kegiatan tapi hanya individual kita nggak ambil tapi kita ambilnya buku-buku kreasi. Kita mengajarkan kebersamaan karena kita di sini inklusi," terang Kiki Dian Puspita Sari."Jumlah bacaan kita masih kurang kalo kita memenuhi tema untuk kelas. Karena kelas kita bertema. Jadi anak membutuhkan tema apa, mereka yang menentukan. Kemudian mencari buku di sini. Kadang tema yang diusulkan anak-anak tidak terlintas di pikiran kita," tambahnya. Selain itu mereka juga tidak menyediakan komik. Komik cenderung mengajarkan kekerasan pada anak. "kami tidak menyediakan komik. Pertama komik banyak mengajarkan tentang kekerasan. Biasanya pada gambar-gambar yang seharusnya anak tidak melihat tentang hal itu," sambungnya.

Mirip dengan itu tetapi lebih spesifik lagi. Taman baca natsuko sioya bukunya lebih banyak variasi menurut kategori umur anak. Buku itu di sesuaikan perkembangan masing-masing anak. "Kalo jenis buku anak ada banyak variasinya, ada banyak. Pertama itu untuk anak usia satu tahun jenisnya parasit book. Kaya jaket parasit kena basah , di gigit anak aman, kena air aman. Karena anak usia 1-1,5 tahun cenderung mengeksplorasi mulutnya. Untuk 1,5-2 tahun pop ing book untuk indera perasa(baca peraba-red) anak. Lalau ada anak-anak TK, 3-5 tahun ada pop up book, blik net book, diorama banyak mas, jenisnya lebih variataif," ujar Eko Bowo Saputro. Taman baca ini juga mengusung tema besar anti bulliying. Mereka tidak menyediakan komik tentang super hero. Komik semacam ini dikhawatirkan adegan kekerasan di dalamnya ditiru anak-anak."pertama kita punya tema besar disini itu anti bulliying, anti kekerasan. Jadi, untuk komik yang kaya super hero itu tidak diperbolehkan. Karena anak-anak akan meniru aktion-aktion mereka. Tanpa tahu apa yang dilakukan dan tahu apa nanti yang diakibatkan, tanpa di dampingi. Karena itu kita membatasi buku super hero batman, superman," tegasnya.

Merangsang Anak ke Perpustakaannya

Perpustakaan selalu diidentikkan dengan kegitan membaca buku. Inilah yang disiasati oleh perpustakaan anak reading corner. Mereka mengadakan macam-macam kegiatan agar anak nyaman dan suka diperpustakan. Dari menyediakan mainan anak, yang menghasilkan karya anak sendiri sampai menonton bersama film tentang pengetahuan."Di perpustakaan ini kenapa disediakan mainan. Karena kita tahu anak belajar aksara tidak hanya dari buku tapi juga mainan. Macam-macam kegiatan kaya art day. Satu bulan sekali kita mengadakan art day itu. Kegiatan satu jam, nanti kita membuat kreasi dan anak-anak bisa membawa pulang. Dan juga rabu sinema anak-anak nonton film tentang pengetahuan atau yang sekarang disukai anak-anak kita nonton bareng-bareng," ujar Kiki Dian Puspita Sari.

Sedang metode bercerita kepada anak-anak yang berkunjung diadopsi oleh perpustakaan anak BPAD Bandung. Selain itu mereka mengadakan kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk mengadakan wisata perpustakaan."ada story teller. Nanti kalau datang ke sini, sama pustakawannya dicritain. Nah, begitu mereka ingin cerita yang lain nanti kita kasih tau buku-buku," terang Umi S. Fauziah." Ada juga kegiatan-kegiatan untuk anak. Jadi kita ada kunjungan-kunjungan dari TK. Banyak sekali kadang 100-200. Kadang dari SD. Istilahnya mah wisata perpustakaan atau wisata buku, imbuhnya.

Dulu ketika masih enam hari kerja perpustakaan anak BPAD Yogyakarta, sabtu ramai. Sekarang setelah menjadi lima hari kerja mereka melakukan terobosan dengan membentuk sanggar lukis." Kemudian disitu juga ada sanggar lukis. Sanggar lukis itu juga anak-anak. Kadang-kadang setelah atau sebelum mereka ikut kegiatan lukis itu, mereka sekalian ke perpus nyari buku," ungkap Sari.

Sebuah sanggar menulis, sanggar gerabah, dan sanggar memasak dibuat dengan bekerjasama dengan beberapa komunitas terkait. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendampingan yang dimaksudkan untuk merangsang anak datang di perpustakaan anak kota Yogyakarta."Yang kita gunakan adalah kegiatan pendampingannya. Kita melakukan kegiatan yang merangsang anak untuk datang ke perpus. Kita adakan komunitas sanggar menulis cahaya. Tulisan anak nanti akan kita masukkan ke penerbitan. Kita juga ada sanggar kreatif grabah (untuk anak-red) bekerja sama dengan handycraft untuk anak, agar anak bermain gerabah dan kita kenalkan pada koleksi. Kita juga mengajarkan anak pada cooking class pada hari minggu. Kita bekerjasama dengan cooking bakery, kegiatannya yaitu anak menghias kue. Yang paling heboh yaitu kegiatan-kediatan liburan perpus kota," terang Nurlia Rahmawati, A.Md."Tujuannya adalah untuk mendekatkan anak dengan perpustakaan. Pengalaman di perpustakaaan lain kalau langsung,'ini lho kita punya koleksi lain, silahkan masuk,' anak-anak tidak akan tertarik. Perpustaan anak tidak murni menyediakan buku-buku untuk anak, tetapi menyediakan kegiatan yang nantinya akan menumbuhkan minat baca anak," pungkasnya.

Mimpi Perpustakaan Anak

Idealnya sebuah perpustakaan mempunyai ruangan sendiri dan tidak menginduk pada bangunan lain di samping pelayanan yang bagus."ada ruanghan sendiri khusus untuk ruang baca, pelayanan bagus," ujar Trianta Koordinator divisi promosi kerja sama dan pengembangan perpustakaan kota Yogyakarta.

Berbeda menurut Umi S. Fauziah, yang penting bisa menunjang pendidikan anak. Apa yang kebanyakan anak cari di perpustakaan tersedia. "idealnya sebuah perpustakaan anak itu yang penting untuk anak itu nyaman, tidak banyak rak, ataupun kursi yang menghalang-halangi. Ketika mereka bergerak bebas lebih baik bagi mereka, daripada duduk diam baca buku, tidak terlalu mengekang," imbuh Kiki Dian Puspita sari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun