Mohon tunggu...
Efendi Ari Wibowo
Efendi Ari Wibowo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PKnH FISE UNY 2009

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perpustakaan Anak: Hak Anak yang Terabai

28 Juni 2011   02:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:07 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam rangka melaksanakan amanat UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus wahana pelestarian kekayaan budaya. Pemerintah melalui peraturan perundang-undangan, UU no.43 tahun 2007 membentuk peraturan tentang perpustakaan. UU no. 43 tahun 2007 pasal 1, 6 tentang perpustakaan umum secara khusus, menyatakan Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial ekonomi.

Dengan landasan yuridis ini, maka tugas perpustakaan umum tidak hanya melayani golongan tertentu tetapi memberikan layanan bagi semua masyarakat tanpa kecuali. Salah satunya adalah perpustakaan anak."Salah satu layanannya adalah memberikan layanan perpustakaan untuk anak, UU no.43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Judulnya perpustakaan umum , jadi kami memberikan pelayanan menyeluruh, integral, mahasiswa, pelajar, lansia yang sudah tidak ngantor, salah satunya anak," ungkap Endar Idayaningsih Sekretaris BPAD (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah) Yogyakarta."kita perpus umum salah satu yang berhak dilayani adalah anak-anak dari balita sampai yang purna kerja, usia-usia tua berhak mendapat pelayanan kita. Karena kita perpustakaan umum harus menyediakan bacaan untuk semua," tambah Ratih Kepala Bagian Pengembangan dan deposit BPAD Yogyakarta.

Senada dengan pernyataan sekretaris dan kepala bagian pengembangan dan deposit BPAD Yogyakarta, Kepala Sub. Bidang Layanan BPAD Bandung meyatakan perpustakaan umum itu melayani semua masyarakat. Di sana juga ada perpustakaan khusus anak, remaja dan dewasa."Di sini adalah perpustakaan umum jadi kita melayani semua masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, umum, dan karyawan. Di si ni juga ada perpustakaan khusus baik khusus untuk anak, remaja, dewasa, bahkan kami juga menyediakan ruang audiovisual", terang Umi S. Fauziah.

Lain lagi perpustakaan anak di masyarakat yang mandiri. Mereka tumbuh berdasarkan kebutuhan anak-anak di komunitasnya."Taman baca natsuko sioya, dulu memang diadakan untuk anak-anak sekitar kampung sini, sumberan sini terus kemudian tahun 2009 pengelolaanya dialihkan ke lembaga tunas cerdas gempita yang punya sekolahan playgroup, tk, dan sd,"ujar Eko Bowo Saputro staf taman Baca Natsuko Sioya. Begitu juga, KiKi Dian Puspita Sari selaku pustakawan perpustakaan anak Reading Corner menerangkan awalnya perpustakaan anak reading corner ini hanya dikunjungi orang-orang RC (sebutan Reading Corner) sendiri. Setelah hampir tiga bulan menjadi milik kelurahan Suryodiningratan, masyarakat umum pun bisa berkun jung.

Pendanaan dan pengadaan buku anak minim

Pengadaan buku sebagai metode pembaruan buku dalam perpustakaan adalah hal penting. Selain menarik minat baca anak juga sebagai penunjang koleksi perpustakaan tersebut. Sudah dua tahun terakhir, tahun 2009-tahun 2011 tidak ada pengadaan buku anak-anak di perpustakaan anak BPAD Yogyakarta. "Karena dana kita terbatas sementara yang harus dibelikan banyak tahun 2009 terakhir untuk anak-anak. Tahun berikutnya kita beli eksiklopedi, tahun berikutnya buku paket dan sebagainya karena keterbatasan anggaran," tegas Ratih."Belum khusus jadi istilahnya di BPAD ini ada pengadaan buku untuk perpustakaan yang dilayankan, dalam artian yang dilayankan bisa di depan ini sirkulasi dewasa dan umum bisa khusus untuk koleksi yogyasiana (buku-buku tentang yogyakarta). Belum ada prosentase berapa untuk anak-anak, berapa untuk umum, berapa untuk yogyasiana belum ada prosentase seperti itu. Seperti disampaikan bu ratih belum ada dana khusus untuk pengadaan anak-anak misalnya seperti itu. Seperti pengadaan kemarin tahun 2010 kita selonongkan juga buku anak-anak itu walaupun di sana tidak nada anggaran khusus untuk anak-anak,"ujar Sofi.

Berbeda dengan pengadaan buku di perpustakaan anak BPAD Bandung. Di dalam perpustakaan ada program pengadaan buku tiap tahunnya. Mereka mencari alternatif pengadaan buku anak dengan membeli buku yang sedang digemari. Hal ini dilakukan karena memakan waktu lama jika menunggu pengadaan."Tapi untuk buku anak kita membeli buku yang lagi trend karena kalau menunggu dari pengadaan terlalu lama. Biasanya per bulan atau per tiga bulan. Untuk best seller biasanya tiga bulanan," terang Umi S. Fauziah. "jadi setiap ruangan ada buku apa yang diperlukan: judul buku, pengarang, tahun dan penerbitannya. Lalu mereka tulis buku apa. Lalu nanti kita beli. Selain itu tim seleksi juga mencari dari koran, majalah, catalog. Mereka juga menerima masukan dari pengunjung perpus," tambahnya.

Di taman baca natsuko sioya menurut Eko Bowo Saputro, penambahan buku minimal lima buah per bulan. Buku-buku anak ini berasal dari donasi karena kebanyakan berasal dari luar."Perbulan ada penambahan sekitar lima, minimal lima ya buku anak-anak ya buku dewasa. Kalo pengadaan buku dari donasi karena kebanyakan buku-buku seperti ini kita dapat dari luar dari konsultannya, ibu Margaret. Dia konsultan pendidikan anak usia dini di lembaga tunas cerdas gempita, dia berasal dari Australia. Jadi kalo dia pergi keluar negeri ke australia, inggris, amerika, kanada dia selalu minta ke temen-temennya buku anak-anak," ujarnya. Sedang di perpustakaan anak reading corner tidak pasti tergantung kebutuhan kelas."Kita tanya anaknya pengen buku apa,'besok mbak Kiki ma mbk Lita mo beli buku, mo pesen buku apa?' Kalo lewat form anaknya belum tentu bisa menulis semua kan," terang Kiki Dian Puspita Sari.

Mengakali Kualitas koleksi

Menurut Umi S. Fauziah di perpustakaan anak BPAD bandung menyediakan buku-buku tentang tema budi pekerti. Buku-buku tentang binatang besar dan kecil untuk mengenalkan jenis binatang.

Sedangkan jenis buku anak di perpustakaan anak BPAD Yogyakarta kurang spesifik. Belum ada tema buku anak tertentu yang di haruskan tersedia."sesuai permintaan mereka, yang jelaskan ada masukan anak usia berapa. Mungkin di sana sekedar refresing tapi juga untuk menambah pengetahuan eksiklopedi. Pokoknya kita sesuai kebutuhan mereka yang datang di situ," terang Ratih. "Kita lihat anak-anak yang datang dari kalangan mana. Terus, kadang-kadang anak-anak yang cerdas beli buku ini-buku ini artinya usulan dari mereka. Kemudian dari pengamatan kita, kemudian ada panitia seleksi harus begini harus begitu," imbuhnya.

Hal ini pun terjadi di perpustakaan anak kota Yogyakarta. Mereka mengakui kalau koleksi bukunya sedikit di banding perpus lain. Walaupun koleksi buku-bukunya dikatakan harganya mahal daripada yang lain."kita tidak menaruh buku pelajaran sekolah, karena itu tempatnya di perpustakaan sekolah. Kita menyediakan buku-buku yang bagus, yang paling mahal diantara yang lain. Buku bergambar seperti pop up. Kita menyediakan buku-buku yang up to date, meski bukunya sedikit dibanding Komik di perpustakaan anak kota yogyakarta ini, disediakan dalam berbagai jenis perpus lain, tapi selalu up to date,"ujar Nurlia Rahmawati A. Md. "kita tidak keberatan dengan komik. Kita menyediakan komik tidak hanya SD, tapi SMP dan SMA juga," pungkasnya.

Di perpustakaan anak reading corner ada kategori jenis buku tertentu yang boleh disediakan untuk anak. Buku-buku yang mengajarkan tentang kebersamaan melalaui proses kreasi. "buku-buku yang di sini kita benar-benar menyeleksi buku-buku yang masuk di sini ini. Pantes gak sih buat anak. Menurut kaya dongeng, tumbuhan, anatomi, dan lain sebagainya. Sangat selektif. Seandainya buku itu mengajarkan kegiatan tapi hanya individual kita nggak ambil tapi kita ambilnya buku-buku kreasi. Kita mengajarkan kebersamaan karena kita di sini inklusi," terang Kiki Dian Puspita Sari."Jumlah bacaan kita masih kurang kalo kita memenuhi tema untuk kelas. Karena kelas kita bertema. Jadi anak membutuhkan tema apa, mereka yang menentukan. Kemudian mencari buku di sini. Kadang tema yang diusulkan anak-anak tidak terlintas di pikiran kita," tambahnya. Selain itu mereka juga tidak menyediakan komik. Komik cenderung mengajarkan kekerasan pada anak. "kami tidak menyediakan komik. Pertama komik banyak mengajarkan tentang kekerasan. Biasanya pada gambar-gambar yang seharusnya anak tidak melihat tentang hal itu," sambungnya.

Mirip dengan itu tetapi lebih spesifik lagi. Taman baca natsuko sioya bukunya lebih banyak variasi menurut kategori umur anak. Buku itu di sesuaikan perkembangan masing-masing anak. "Kalo jenis buku anak ada banyak variasinya, ada banyak. Pertama itu untuk anak usia satu tahun jenisnya parasit book. Kaya jaket parasit kena basah , di gigit anak aman, kena air aman. Karena anak usia 1-1,5 tahun cenderung mengeksplorasi mulutnya. Untuk 1,5-2 tahun pop ing book untuk indera perasa(baca peraba-red) anak. Lalau ada anak-anak TK, 3-5 tahun ada pop up book, blik net book, diorama banyak mas, jenisnya lebih variataif," ujar Eko Bowo Saputro. Taman baca ini juga mengusung tema besar anti bulliying. Mereka tidak menyediakan komik tentang super hero. Komik semacam ini dikhawatirkan adegan kekerasan di dalamnya ditiru anak-anak."pertama kita punya tema besar disini itu anti bulliying, anti kekerasan. Jadi, untuk komik yang kaya super hero itu tidak diperbolehkan. Karena anak-anak akan meniru aktion-aktion mereka. Tanpa tahu apa yang dilakukan dan tahu apa nanti yang diakibatkan, tanpa di dampingi. Karena itu kita membatasi buku super hero batman, superman," tegasnya.

Merangsang Anak ke Perpustakaannya

Perpustakaan selalu diidentikkan dengan kegitan membaca buku. Inilah yang disiasati oleh perpustakaan anak reading corner. Mereka mengadakan macam-macam kegiatan agar anak nyaman dan suka diperpustakan. Dari menyediakan mainan anak, yang menghasilkan karya anak sendiri sampai menonton bersama film tentang pengetahuan."Di perpustakaan ini kenapa disediakan mainan. Karena kita tahu anak belajar aksara tidak hanya dari buku tapi juga mainan. Macam-macam kegiatan kaya art day. Satu bulan sekali kita mengadakan art day itu. Kegiatan satu jam, nanti kita membuat kreasi dan anak-anak bisa membawa pulang. Dan juga rabu sinema anak-anak nonton film tentang pengetahuan atau yang sekarang disukai anak-anak kita nonton bareng-bareng," ujar Kiki Dian Puspita Sari.

Sedang metode bercerita kepada anak-anak yang berkunjung diadopsi oleh perpustakaan anak BPAD Bandung. Selain itu mereka mengadakan kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk mengadakan wisata perpustakaan."ada story teller. Nanti kalau datang ke sini, sama pustakawannya dicritain. Nah, begitu mereka ingin cerita yang lain nanti kita kasih tau buku-buku," terang Umi S. Fauziah." Ada juga kegiatan-kegiatan untuk anak. Jadi kita ada kunjungan-kunjungan dari TK. Banyak sekali kadang 100-200. Kadang dari SD. Istilahnya mah wisata perpustakaan atau wisata buku, imbuhnya.

Dulu ketika masih enam hari kerja perpustakaan anak BPAD Yogyakarta, sabtu ramai. Sekarang setelah menjadi lima hari kerja mereka melakukan terobosan dengan membentuk sanggar lukis." Kemudian disitu juga ada sanggar lukis. Sanggar lukis itu juga anak-anak. Kadang-kadang setelah atau sebelum mereka ikut kegiatan lukis itu, mereka sekalian ke perpus nyari buku," ungkap Sari.

Sebuah sanggar menulis, sanggar gerabah, dan sanggar memasak dibuat dengan bekerjasama dengan beberapa komunitas terkait. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendampingan yang dimaksudkan untuk merangsang anak datang di perpustakaan anak kota Yogyakarta."Yang kita gunakan adalah kegiatan pendampingannya. Kita melakukan kegiatan yang merangsang anak untuk datang ke perpus. Kita adakan komunitas sanggar menulis cahaya. Tulisan anak nanti akan kita masukkan ke penerbitan. Kita juga ada sanggar kreatif grabah (untuk anak-red) bekerja sama dengan handycraft untuk anak, agar anak bermain gerabah dan kita kenalkan pada koleksi. Kita juga mengajarkan anak pada cooking class pada hari minggu. Kita bekerjasama dengan cooking bakery, kegiatannya yaitu anak menghias kue. Yang paling heboh yaitu kegiatan-kediatan liburan perpus kota," terang Nurlia Rahmawati, A.Md."Tujuannya adalah untuk mendekatkan anak dengan perpustakaan. Pengalaman di perpustakaaan lain kalau langsung,'ini lho kita punya koleksi lain, silahkan masuk,' anak-anak tidak akan tertarik. Perpustaan anak tidak murni menyediakan buku-buku untuk anak, tetapi menyediakan kegiatan yang nantinya akan menumbuhkan minat baca anak," pungkasnya.

Mimpi Perpustakaan Anak

Idealnya sebuah perpustakaan mempunyai ruangan sendiri dan tidak menginduk pada bangunan lain di samping pelayanan yang bagus."ada ruanghan sendiri khusus untuk ruang baca, pelayanan bagus," ujar Trianta Koordinator divisi promosi kerja sama dan pengembangan perpustakaan kota Yogyakarta.

Berbeda menurut Umi S. Fauziah, yang penting bisa menunjang pendidikan anak. Apa yang kebanyakan anak cari di perpustakaan tersedia. "idealnya sebuah perpustakaan anak itu yang penting untuk anak itu nyaman, tidak banyak rak, ataupun kursi yang menghalang-halangi. Ketika mereka bergerak bebas lebih baik bagi mereka, daripada duduk diam baca buku, tidak terlalu mengekang," imbuh Kiki Dian Puspita sari.

Berawal dari perpustakaan anak dikenalkan untuk membaca. Ini adalah investasi kita dua puluh tahun ke depan. "kalau kita bisa menggiring anak ke perpus, maka akan seperti itulah masa depan kita dua puluh tahun yang akan datang. Kita berinvestasi pada anak yaitu budaya baca. Perpus itu sangat penting buat anak, karena dari perpus kita mengenalkan anak untuk membaca," kata Nurlia Rahmawati, A.Md.

Perpustakaan selain sebgai tempat menumbuhkan budaya baca juga sebagai tempat melestarikan budaya. "masyarakat kita seharusnya punya tanggung jawab untuk melestarikan budaya kita. Makanya agar tidak semata-mata kita hanya dari luar negeri (buku-red) sebagian ada kerjasana buku-buku cerita rakyat seluruh indonesia diadakan oleh perpustakaan, hanya memang kesulitannya tidak banyak yang menulkis tentang cerita-cerita rakyat," tegas Endar Idayaningsih. "sangat penting sekali karena saat ini mereka belajar komunikasi , belajar keaksaraan karena mereka tidak hanya belajar dari buku. Tapi belajar sosial di perpustakaan dengan mereka berkumpul," pungkas Kiki Dian Puspita Sari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun