Mohon tunggu...
Efatha F Borromeu Duarte
Efatha F Borromeu Duarte Mohon Tunggu... Dosen - Ilmu Politik Unud, Malleum Iustitiae Institute

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Identitas Sosial dan Kita yang (Selalu) Ingin Menjadi Bagian

18 November 2024   09:24 Diperbarui: 18 November 2024   12:57 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Solusi yang dapat diambil ialah meregulasi algoritma, ternyata ini adalah langkah penting untuk mencegah polarisasi. Misalnya, platform media sosial dapat didesain untuk menampilkan konten yang mendorong dialog lintas kelompok. Inisiatif ini telah diuji di negara-negara Skandinavia dengan hasil yang menjanjikan.

Kritik, Mengapa Tajfel Perlu Ditinjau Ulang?

Meskipun teori Tajfel memberikan wawasan yang sangat relevan, ia juga memiliki keterbatasan.

1. Fokus pada Konflik, Bukan Kerja Sama

Tajfel terlalu fokus pada kompetisi antar kelompok dan mengabaikan potensi kerja sama. Padahal, dalam masyarakat seperti Indonesia, tradisi seperti gotong royong menunjukkan bagaimana identitas sosial dapat menjadi alat penyatuan.

2. Kekakuan Eksperimen

Eksperimen Minimal Group Paradigm dianggap terlalu sederhana untuk merefleksikan kompleksitas dunia nyata. Dalam kenyataan, hubungan antar kelompok dipengaruhi oleh sejarah, kekuasaan, dan ketidaksetaraan ekonomi, yang tidak tercermin dalam eksperimen Tajfel.

3. Identitas yang Cair di Era Globalisasi

Globalisasi menciptakan identitas yang lebih cair. Generasi muda Indonesia lebih sering mengidentifikasi diri sebagai "warga dunia" dari pada bagian dari kelompok lokal. Ini menunjukkan bahwa identitas sosial tidak selalu statis atau berbasis lokalistik saja.

Menuju Solusi, Pelajaran dari Tajfel

1. Pendidikan Multikultural

Pendidikan adalah alat paling ampuh untuk membangun kesadaran lintas kelompok. Kurikulum yang menanamkan nilai keberagaman dapat membantu siswa memahami bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan ancaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun