Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rare Beauty VS Rhode dan Influencer Package

4 Januari 2025   21:05 Diperbarui: 4 Januari 2025   21:05 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Influencer saat unboxing PR Package | Foto: Freepik

Akhir Desember 2024, salah satu akun influencer luar, menayangkan sebuah konten video di Tiktok yang menampilkan perbandingan influencer packages untuk influencer yang diterimanya dari dua brand produk kecantikan yang berbeda; yang pertama adalah Rare Beauty dan brand yang kedua adalah Rhode.

Rare Beauty adalah milik penyanyi dan aktris kondang, Selena Gomez, sedangkan Rhode adalah milik model, Hailey Rhode Baldwin, yang kini lebih dikenal dengan nama Hailey Bieber.

Keputusan membuat konten tersebut sebenarnya sudah kontroversial sejak awal mengingat kedua nama ini adalah tokoh yang sama-sama berasal dari Amerika Serikat namun sekitar setengah dekade belakangan jadi perbincangan warga dunia.

Bagaimana tidak, Selena Gomez yang dulu pernah menjalin hubungan spesial dengan Justin Bieber selama beberapa tahun, tergantikan oleh Hailey begitu saja dalam 2 bulan bukan dalam hubungan pacaran, melainkan terikat pernikahan.

Tahun 2020, Selena meluncurkan Rare Beauty, produk kecantikan yang kini masuk dalam list 10 besar brand beauty yang paling banyak diminati di luar negeri. Dua tahun kemudian, Hailey meluncurkan brand beauty miliknya.

Inilah yang kemudian menjadi benang merahnya. Keduanya tidak hanya memiliki kisah masa lalu yang cukup pelik, tapi jadi rival pula dalam urusan bisnis mengingat keduanya berjalan di lini produk yang sama.

Kembali soal influencer packages atau PR Packages

Di dalam video, pemilik akun menyampaikan bahwa ia mendapatkan influencer packages dari kedua brand di atas, lalu ia memegang kedua paket tersebut.

Satu tangannya memegang Rare beauty dalam sebuah pouch yang terlihat penuh, di pertengahan video ditunjukkan bahwa influencer packages dari Rare berjumlah 4 produk, sedang di tangan satu lagi, ia memegang sebuah produk lipstik milik Rhode. Hanya satu.

Sebenarnya, sang influencer mengucapkan terima kasih kepada kedua pemilik brand tersebut. Masalah jadi timbul, sebab ucapan terima kasih ini diiringi tawa dan membawa indikasi menertawakan salah satu paket tersebut.

"And then i got, i got Rhode. What did i get? Rhode! Hahaha" Ujar si Influncer dengan tawanya yang cukup serius lalu menunjukkan produk lipstik kiriman brand. Pipinya bahkan berangsur-angsur memerah karena tawa tersebut. 

Pahami dampak yang ditimbulkan

Disclaimer, saya tidak bermaksud untuk membela satu pihak pun yang terlibat dalam keriuhan Influencer Packages ini.

Hanya saja, saya juga cukup menyayangkan langkah pembandingan yang dilakukan sang influencer.

Mengingat latar belakang kedua founder di atas yang cukup rumit di masa lalu, dan sampai saat ini fansnya masih kesulitan move on, membuat pembandingan influencer packages rasanya kurang etis dan seolah menggiring opini bahwa influencer berada di posisi membela satu brand dan menjatuhkan brand lainnya.

Repotnya lagi, langkah ini dikhawatirkan adalah sebuah kesengajaan yang dilakukan oleh salah satu brand lewat sang influencer untuk menjatuhkan brand lainnya.

Ini tentu jadi masalah jika pengguna sosial media berpikir bahwa Rare sengaja melakukan hal tersebut agar Rhode jadi bahan olok-olok. Kalau konten di atas sampai ditangkap seperti ini oleh pengguna sosial media, bukan tidak mungkin mereka justeru menyerang Rare. Yang dirugikan siapa? Ya, Rare Beauty!

Sebaliknya, jika sampai pengguna sosial media ternyata menangkap bahwa Rhode tidak memberikan yang terbaik dalam paketnya, bisa jadi calon pengguna berpikir ulang untuk membeli produk dari brand tersebut. Siapa yang dirugikan? Rhode!

Sebenarnya, dari sisi influencer, tindakan ini juga jelas tidak menguntungkan si pemilik akun. Brand mungkin akan berpikir dua kali sebelum memberikan paket influencer mereka padanya.

Bagaimana tidak, pemberian paket pada influencer dengan followers 100K, yang diharapkan bisa menyebarkan poin-poin baik brand dan produk bagi followersnya, justeru berpotensi memperburuk citra brand tersebut. Siapa yang dirugikan? Influencer! Siapa yang kehilangan client? Influencer.

Pahami etika

Sebagai seorang Kreator Konten, saya juga beberapa kali berkesempatan mendapat PR Packages atau influencer packages dari brand.

Beda-beda memang. Ada yang berupa hadiah dari brand tanpa perlu timbal balik dalam bentuk konten apapun. Hadiah saja. Hadiah tersebut biasanya diberikan sebagai pemanis, hiburan atau kelengkapan kebutuhan untuk sebuah event yang akan dilangsungkan oleh brand atau sekedar perayaan hari besar.

Namun ada juga yang memberikan PR Packages dengan timbal balik berupa tugas yang harus diselesaikan setelah menerima produk tersebut. Tugas yang dimaksud biasanya dalam bentuk konten review sesuai yang disepakati di awal, apakah dalam bentuk tulisan atau visual.

Di dalam salah satu komennya, influencer mengaku bahwa ia diizinkan oleh pihak Rhode untuk memilih produk.

Nah, jika benar seperti yang disampaikan si influencer, mestinya sih sudah jelas di awal, produk apa saja yang akan diterima dan berapa jumlahnya.

Cumaa, influencernya agak blunder nihh, kenapa malah ketawa ketiwi pas nerima paketnya? Apa ngga ada info jumlah produk sebelumnya?

Saya kurang tahu juga sih, ketentuan kerjasama antara brand dengan influencer di sana bagaimana? Apakah cap cip cup saja tanpa kesepakatan yang jelas tentang hak dan tanggungjawab kedua belah pihak sebelum kerjasama berlangsung?

Kalau ya, ya ngga heran jika si influencer sampai kebingungan begitu. Tapi kalau ternyata di awal sudah ada kesepakatan, keputusan membuat pembandingan paket influencer ini sangat tidak elok, tidak etis, tidak layak dilakukan, dan tidak baik untuk dicontoh oleh influencer lain.

Kalau diawal sudah ada pemberitahuan jenis dan jumlah produk yang akan diterima serta tugas yang harus diselesaikan, jika memang dirasa kurang sesuai, influencer punya hak penuh untuk membatalkan kerjasama atau melakukan negosiasi ulang.

Jangan menyetujui, tapi kemudian membuat produk yang diterima tersebut jadi bahan tertawaan.

Atau, menyetujui tanpa memahami apa yang disepakati atau lupa dengan apa yang disepakati. Ini jelas menunjukkan kurangnya profesionalisme dari influencer dalam menjalin kerjasama dengan brand.

Bahan evaluasi bagi brand

Meski banyak catatan buruk dari konten pembandingan kedua influencer packages ini, ada satu hal baik yang bisa saya ambil dari kasus ini yakni pentingnya menghormati kerjasama yang sedang terjalin.

Beberapa waktu lalu, saya sempat menuliskan bagaimana sebuah brand kecantikan menerima kehadiran saya sebagai seorang nano influencer dengan asal-asalan. Dianggap tidak penting, dilayani seadanya.

Saya ingin tekankan, saya tidak memiliki niat agar diperlakukan sebagai tuhan atau tamu dengan privillage setara tuan putri, tidak. 

Cukup dilayani sebagaimana pelanggan berbayar lainnya saja agar saya bisa mendapatkan experience yang baik untuk saya bagikan dalam konten saya. Dengan begitu, saya juga bisa menyampaikan poin plus brand tersebut dalam konten.

Influencer ini kurang lebih mungkin merasa mengalami hal yang sama. Hanya saja, ia melakukannya dengan blak-blakan dan berpotensi merugikan banyak pihak termasuk dirinya.

Kejadian ini sebetulnya bisa jadi bahan evaluasi pula bagi brand. Influencer yang Anda percaya memiliki power lewat followersnya. Jika digunakan dengan tepat, maka dampaknya akan sangat baik pula.

Untuk itu, manfaatkan kerjasama tersebut sebagaimana Anda ingin nilai Anda diketahui banyak orang.

Bicara soal Rhode, memang ada catatan juga dari Influencer Packages mereka. 

Sejatinya, sebuah PR Package berisi produk sampel yang mewakili kualitas dan manfaat produk, materi promosi seperti brosur, flyer atau booklet, instruksi penggunaan produk, item tambahan yang membuat paket terlihat lebih menarik, serta berisi ucapan atau sapaan dari brand kepada influencer yang membuat hubungan terasa lebih dekat.

Masalahnya adalah, paket Rhode hanya satu produk lipstik saja. Tidak ada flyer, tidak ada booklet atau sekedar kartu ucapan yang ditujukan bagi influencer yang membuat seolah-olah kerjasama ini tak begitu penting. Tentu, poin ini bukan sebuah catatan baik untuk dilakukan oleh brand lain saat menjalin kerjasama kepada siapapun. 

Namun meskipun demikian, mestinya, sebagai seorang influencer yang baik, cukup pahami saja, jadi catatan pribadi dan bahan pertimbangan untuk kerjasama berikutnya jika memang hal tersebut dirasa menganggu. Tidak perlu pula dipublish yang akhirnya membuat brand jadi bahan tertawaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun