Bahan evaluasi bagi brand
Meski banyak catatan buruk dari konten pembandingan kedua influencer packages ini, ada satu hal baik yang bisa saya ambil dari kasus ini yakni pentingnya menghormati kerjasama yang sedang terjalin.
Beberapa waktu lalu, saya sempat menuliskan bagaimana sebuah brand kecantikan menerima kehadiran saya sebagai seorang nano influencer dengan asal-asalan. Dianggap tidak penting, dilayani seadanya.
Saya ingin tekankan, saya tidak memiliki niat agar diperlakukan sebagai tuhan atau tamu dengan privillage setara tuan putri, tidak.Â
Cukup dilayani sebagaimana pelanggan berbayar lainnya saja agar saya bisa mendapatkan experience yang baik untuk saya bagikan dalam konten saya. Dengan begitu, saya juga bisa menyampaikan poin plus brand tersebut dalam konten.
Influencer ini kurang lebih mungkin merasa mengalami hal yang sama. Hanya saja, ia melakukannya dengan blak-blakan dan berpotensi merugikan banyak pihak termasuk dirinya.
Kejadian ini sebetulnya bisa jadi bahan evaluasi pula bagi brand. Influencer yang Anda percaya memiliki power lewat followersnya. Jika digunakan dengan tepat, maka dampaknya akan sangat baik pula.
Untuk itu, manfaatkan kerjasama tersebut sebagaimana Anda ingin nilai Anda diketahui banyak orang.
Bicara soal Rhode, memang ada catatan juga dari Influencer Packages mereka.Â
Sejatinya, sebuah PR Package berisi produk sampel yang mewakili kualitas dan manfaat produk, materi promosi seperti brosur, flyer atau booklet, instruksi penggunaan produk, item tambahan yang membuat paket terlihat lebih menarik, serta berisi ucapan atau sapaan dari brand kepada influencer yang membuat hubungan terasa lebih dekat.
Masalahnya adalah, paket Rhode hanya satu produk lipstik saja. Tidak ada flyer, tidak ada booklet atau sekedar kartu ucapan yang ditujukan bagi influencer yang membuat seolah-olah kerjasama ini tak begitu penting. Tentu, poin ini bukan sebuah catatan baik untuk dilakukan oleh brand lain saat menjalin kerjasama kepada siapapun.Â