Setiap limbah yang dihasilkan, terutama limbah pelumas, akan dikumpulkan lalu dikirim ke TPS B3 berikut dengan dokumen administrasi ke unit logistik. Dari unit logistik, limbah akan dikirim ke perusahaan pengolah limbah.
Jadi bisa dikatakan, selain memberikan perhatian penuh atas kenyamanan dan keamanan para penggunanya, moda transportasi ini juga menerapkan sistem berkelanjutan.
Menyusuri jejak "presiden Belanda" di Depok
Usai dibawa berkeliling melihat proses perawatan dan sistem perbaikan di depo krl Depok, perjalanan peserta walking tour heritage Depok berlanjut ke daerah Kecamatan Pancoran, tak jauh dari Depo KRL Depok.
Perjalanan ini bertujuan untuk menyusuri jejak "presiden Belanda" di Depok bertahun-tahun silam.
"Dahulu, Depok punya Presiden sendiri!"
Aku bersama beberapa peserta lain dalam Walking Tour Heritage Depok yang diinisiasi CLICK Kompasiana dan Kreatoria, tertawa saat mendengar hal tersebut.
Bagaimana bisa?
...
Ya, dulunya, Depok adalah tanah partikelir yang dimiliki oleh seorang saudagar asal Belanda, Cornelis Chastelein.
Sama seperti VOC pada umumnya, ia juga memiliki keinginan untuk mengekspor hasil bumi ke Eropa. Demi mewujudkan keinginan ini, Chastelein kemudian membeli 150 budak dari pasar budak di Bali yang masih dianggap legal kala itu.
Bedanya, Chastelein tidak sejahat Belanda lainnya. Ia memberi perhatian pada budak-budaknya termasuk dalam urusan pendidikan dan kehidupan berorganisasi yang kemudian menjadi modal bagi budak-budaknya memiliki pengetahuan.