Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

The Buyerarchy of Needs, Fondasi Penting Belanja Pakaian yang Tak Genting

20 Mei 2024   19:51 Diperbarui: 21 Mei 2024   02:06 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- belanja pakaian secara online. (Dok seb_ra via Kompas.com)

Antara tahun 2000 dan 2014, produksi pakaian disebut meningkat dua kali lipat, konsumen mulai membeli pakaian 60% lebih banyak namun dengan masa pakai yang lebih cepat.

Tiga per lima dari seluruh pakaian diperkirakan berakhir di tempat pembuangan sampah atau insinerator dalam waktu satu tahun sejak produksinya. Artinya, satu truk penuh pakaian bekas dibuang atau dibakar setiap detiknya.

Pakaian-pakaian fast fashion yang tidak laku terjual dan atau yang tidak lagi digunakan, nantinya akan dikirim ke "tempat pembuangan sampah pakaian", yaitu Gurun Atacama. 

Dari jeans hingga jas, dari mantel bulu hingga kemeja palsu, sepatu, hingga tas, ada di sana. Dan parahnya lagi, sebagian dari produk fashion yang dibuang ini masih memiliki label harga. Jutaan ton pakaian datang setiap tahunnya dari Eropa, Asia dan Amerika lalu berakhir di gurun ini. 

Akibatnya, Gurun Atacama kini tercatat diisi 60% pakaian dengan tinggi yang telah mencapai 65 kaki atau 19,812 M. Fenomena ini bahkan menarik perhatian dunia, PBB menyebutnya sebagai darurat lingkungan dan sosial.

The Buyerarchy of Needs, fondasi penting belanja pakaian yang tidak genting

Piramida Buyerarchy of Needs | Foto: Greeneration.org
Piramida Buyerarchy of Needs | Foto: Greeneration.org

Memang, warga setempat terus melakukan sejumlah gerakan demi mengurangi timbunan jumlah pakaian di Gurun Atacama. Sebagian pakaian disortir dalam 4 kategori mulai dari kualitas premium hingga kualitas terburuk.

Kualitas premium nantinya akan kembali dikirim ke Republik Dominika, Panama, Asia, Afrika bahkan ke Amerika untuk dijual kembali. Kualitas buruklah yang nantinya masuk dalam timbunan pakaian di gurun.

Para pemulung juga melakukan hal serupa dengan fokus pada pakaian terbaik, baik untuk dikenakan sendiri atau untuk dijual kembali sebagai tambahan ekonomi.

Ada juga yang memproduksi panel insulasi bangunan dari limbah tekstil, yang lain bahkan membuat benang dari pakaian bekas atau digunakan sebagai isian bantal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun