Kalau nonton film-film luar, setiap adegan kekerasan, makian atau adegan berbahaya yang di dalam frame yang sama juga ada anak kecil, acap kali ditunjukkan orang dewasa dalam film tersebut menutup mata atau telinga anak agar tak melihat dan mendengar langsung adegan kekerasan yang sedang terjadi.
Sebab usia anak-anak memang lebih mudah menyerap dan meniru apapun yang disajikan di lingkungan mereka.
Anak adalah peniru yang ulung.
Film horor tak melulu yang berbau mistis, film horor juga banyak yang berpusat pada sebuah tokoh antagonis tertentu yang jahat dan kerap melibatkan tema-tema kekerasan, kematian hingga penyakit mental.
Menonton film horor dibalut kekerasan bisa memicu anak melakukan tindak kekerasan di kemudian hari tergantung jenis film yang ditonton apakah kriminal, thriller, atau mystery.
Masalah lainnya adalah, efek ini bisa dirasakan temporer namun bisa juga permenan tergantung usia, karakter, value keluarga, hingga komunikasi antar keluarga.
Mengganggu kenyamananmu dan penonton lain saat film berlangsung
Sama seperti salah satu dari kami yang harus mengalah untuk ikut keluar dan nemenin si bontot karena ketakutan akibat film Insidious, mungkin kamu juga akan mengalami hal yang serupa.
Mau ngga mau, harus ada yang ngalah agar anak bisa lebih tenang.
Terlalu egois rasanya bila harus membiarkan anak uring-uringan menangis dan berteriak sepanjang film berlangsung hanya karena kamu merasa harus menyelesaikan film hingga akhir.
Sebagai orangtua, sebaiknya kamu juga harus kompromi dengan sikap anak agar tak menganggu ketenangan penonton lain.