Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bersama Internetnya Indonesia, Ajari Anak tentang Cinta dan Keberagaman

13 Juli 2022   19:44 Diperbarui: 13 Juli 2022   19:47 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua dan anaknya | Foto: Senivpetro via Freepik

Beberapa waktu lalu, aku main ke rumah salah satu sahabatku di Lampung.

Berhubung memang sedang libur sekolah, jadi hari-hari kuhabiskan pula bersama dengan keponakannya yang baru saja menduduki usia 6 tahun. Ya, minggu depan, anak ini akan bersiap menyandang status baru sebagai pelajar Sekolah Dasar (SD) setelah sebelumnya berhasil menyelesaikan pendidikan TK nya. Kita sebut saja namanya Mawar.

Sedang asik ngobrol dengan mamanya, ada sebuah suara khas anak perempuan, cempreng, melengking, tegas dan lugas. "Jangan temenin Mawar tau! Dia Kristen!"

Aku terdiam, bulu tanganku merinding. Aku mengolah kembali kalimat tersebut dengan perasaan kaget dan ngga percaya. Mamanya? Beliau tampak lebih tenang dan hanya senyum doang.

Jujur, aku belum punya anak dan belum memiliki bayangan akan bagaimana mendidiknya kelak bila dikaruniai anak. Hanya saja, aku rasa, kalimat seperti ini tidak elok dan tidak sepantasnya keluar dari mulut seorang anak.

Spontan aku berucap "Ini mah keluarganya yang ajarin ngga sih, Mba? Anak kecil mana ngerti bilang beginian."

Tenang, yang kaget aku doang. Beruntungnya, Mawar punya Mama seorang guru Bimbingan Konseling, Beliau punya cara sendiri untuk mengolah kejadian-kejadian itu menjadi pelajaran untuk anaknya tanpa membuat anaknya kehilangan kepercayaan diri.

Semestinya anak tempatnya cinta tanpa memandang perbedaan

Aku teringat dengan sebuah video dari luar sana. Anak kulit putih berlari ke arah seorang anak kulit hitam. Dari sisi berlawanan, anak kulit hitam tersebut berlari ke arah yang sama dengan anak kulit putih. Hingga di satu titik, akhirnya mereka bertemu, berpelukan sembari tertawa. Sedangkan orangtuanya hanya memandang, turut tertawa lalu saling memberi salam.

Di video berbeda, sebuah eksperimen menunjukkan bahwa, alih-alih memakan, beberapa anak kecil lebih memilih memberikan ice cream yang baru saja dibelikan ayahnya - tanpa dipaksa -  untuk seorang tunawisma tak jauh dari lokasi ice cream tersebut dijual.

Ya! Karena semestinya anak sekecil itu masih dipenuhi cinta, ketulusan, kasih sayang, tanpa mengenal perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan.

Cinta inilah yang kemudian akan dibawa dan menjadi modalnya hingga dewasa untuk menjalani hari-hari yang lebih baik. Baik untuk dirinya sendiri, lingkungan, keluarga, dan penerimaan perbedaan dalam sebuah negara.

Dan tempat bertumbuhnya cinta ini pertama sekali adalah di keluarga.

Menjadi orang tua tak sekedar mencari nafkah saja

Aku selalu bilang ini pada diriku sendiri sebelum nanti betul-betul siap memasuki dunia pernikahan.

Sebuah keluarga tidak hanya berfokus pada indahnya pernikahan sehari, tidak juga hanya memahami bagaimana memenuhi kebutuhan fisik dan materi anak, tidak hanya kuat dalam urusan mencari nafkah, namun belajar pula untuk memahami bagaimana menjadi orangtua yang utuh dan memiliki kerjasama yang baik antar pasangan dalam memberikan yang terbaik untuk asupan gizi anak, untuk tumbuh kembang anak, untuk pemikiran, fisik, mental dan kesehatan anak hingga dewasa kelak.

Belajar dunia orangtua dengan internetnya Indonesia

Ini yang kumaksud dengan mempersiapkan diri menjadi orangtua yang baik.

Salah satu hal yang paling mendasar adalah menjaga cinta itu tetap ada di hati seorang anak. Selanjutnya adalah bagaimana agar anak tersebut memiliki emosi yang stabil, memahami cara yang tepat untuk menyampaikan rasa bahagia dan kecewanya, lalu hal-hal lain yang lebih kompleks lagi.

Masih tentang Mawar. Satu sore, Ia berteriak marah pada Utinya. Marah karena cemburu dimandikan setelah sang adik, padahal harapannya, ia ingin dimandikan terlebih dahulu lalu disusuk adiknya.

Temanku yang memang turut mendampingi Mbanya menemani hari-hari Mawar dan adiknya mengajaknya ngobrol. Sangat lembut.

'Kenapa? Jengkel ya sama Uti?"

"Iya, kan Mawar udah bilang berkali-kali, Mawar dulu yang dimandiin, baru adik"

"Ya udah, kalau mau nangis, nangis dulu."

Tangisnya kemudian pecah. Tapi dia diberi waktu meluapkan emosi itu hingga benar-benar reda. Sampai akhirnya muncul solusi untuk menenangkan kedua belah pihak.

"Ngga mau, Tante! Yang salah kan Uti. Uti dong yang ke sini minta maaf, Mawar ngga mau ke sana." Begitu jawabnya saat diajak nyamperin Utinya untuk saling memaafkan.

"Iya, Uti kan lagi sibuk. Tugas Uti minta maaf ke Mawar, tugas Mawar harus memaafkan. Oke?!"

Aaaaaaa. Ini teduh sekali. Manis sekali rasanya melihatnya. Daaan, yang bikin lebih tenang lagi adalah, fakta bahwa Utinya Mawar mau diajak bekerja sama dan menerima cara asuh putrinya bukan malah memaksakan cara asuhnya yang dulu.

Saat kembali ngobrol dengan mamanya Mawar, aku menyampaikan betapa aku kagum terhadap cara menenangkan emosi yang kusaksikan tadi dan memuji Mamanya.

"Sebetulnya aku juga masih belajar, Na. Semua yang kulakukan ini aku lihat dari internet dan diterapin pelan-pelan sambil mencari ritme yang paling cocok antara aku, Mawar, papanya, Tantenya, Uti dan Akungnya."  

Mereka memang menggunakan IndiHome sebagai jaringan internet di rumah. Saat ke sana, aku juga kerap kecipratan WiFinya untuk beresin kerjaan-kerjaanku yang kubawa sembari liburan.

Ya, kita memang akan merasakan sejumlah manfaat internet bila kita dapat menggunakannya dengan baik.

Di rumah itu, dengan internet dari Telkom Indonesia, Mamanya Mawar bisa mendapatkan sejumlah referensi mengajar untuk meningkatkan rasa percaya diri anak didiknya. Tak hanya itu, dari sana pulalah unlimited edukasi parenting diperolehnya, termasuk cara penyampaian emosi tadi.

Semestinya, di era gempuran teknologi dan jaringan internet yang semakin kuat, mengajarkan diri sendiri tentang cinta dan indahnya perbedaan adalah hal yang mudah dilakukan. Terutama oleh calon orangtua, karena kelak, sekali lagi, modal inilah yang nantinya akan dibagikan pada sang anak untuk diteruskan oleh anaknya.

Ada sejumlah akun parenting yang bisa kamu nikmati secara gratis, sebut saja YouTube Nutrisi Bangsa dan Danone yang kerap membagikan kiat-kiat memaksimalkan tumbuh kembang anak baik dari gizi maupun psikologisnya.

Atau di Instagram seperti Anak juga Manusia, atau Talk Parenting, ada juga School of Parenting, Tutur Mama, hingga rainbowcastleid.

Bersama internetnya Indonesia, mari ajari anak tentang cinta dan keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun