"Anak muda, bergegaslah. Siapkan dirimu. Kita akan pergi ke suatu tempat." Sang pemilik rumah menyampaikan isi hatinya pada anak tersebut.
"Bapak, tidak usah. Biar aku di rumah saja mengerjakan pekerjaan yang bisa kulakukan." Dalihnya. Anak tersebut takut, bahwa itu adalah cara lembut dari pemilik rumah untuk mengusir dirinya.
"Tidak apa-apa, ikut saja. Siapkan dirimu. Kenakan pakaian yang pantas. Kita berangkat sebentar lagi."
Meski tak dibayar banyak, berada di rumah ini, dengan pemilik yang sangat baik, baginya adalah sebuah keberuntungan yang tak putus disyukuri. Uang yang selama ini dikumpulkannya, nanti bisa diberikannya pada orang tua dan adik-adiknya.
Namun kini, sang anak tampaknya akan dikeluarkan dari rumah itu dengan cara yang sangat lembut. Tapi baginya tetap saja menyakitkan.
Seluruh karung berisi pakaian layak dan makanan enak kini telah dimasukkan ke atas Delman.
"Sekarang, katakanlah di mana rumahmu..."
Bagai petir di siang hari, ketakutannya kini menjadi nyata. Sayang, dia tidak berhak untuk menolak.
"Jika aku diijinkan bertanya, Bapak, adakah kesalahan yang kulakukan hingga aku diperlakukan demikian?" Sang anak bertanya perlahan. Takut pertanyaannya malah memperburuk suasana.
"Naik sajalah."
Setibanya di rumah, keduanya masih terdiam. Anak itu menurunkan karung-karung yang telah mereka bawa.