Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Makanya Jangan Rakus!

7 Januari 2021   23:47 Diperbarui: 7 Januari 2021   23:50 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disadari atau tidak, memiliki dua ekor anjing lucu di rumah ternyata memancing imajinasi juga untuk bercerita. Kadang suka berpikir tentang apa yang sedang mereka komunikasikan satu dengan lainnya. Mau tidak mau, otak semacam menghadirkan cerita fabelnya sendiri. Tentang dua ekor anjing yang jika diperhatikan, ternyata sehari-hari kebiasaannya selalu sama. Ini dia, cerita fabel tentang Coco dan Codi.

Coco dan Codi adalah dua anjing lucu beruntung yang tinggal bersama tuan barunya. Keduanya diangkat menjadi penghuni rumah, dirawat dengan penuh kasih sayang. Bedanya, Coco disambut sejak kecil, sedang Codi menjadi anggota keluarga setelah ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya.

Meski demikian, keduanya tetap berteman. Sayangnya, Coco dan Codi memiliki kebiasan yang bertolak belakang, terutama dalam urusan makan.

Seperti biasa, di jam-jam makan siang, Coco dan Codi bersiap menanti makanan dari tuannya. Ati ampela ayam adalah menu favorite mereka. Dan kali ini, menu itu disajikan kembali.

"Menjauhlah dari makananku, Coco!" Codi yang tak suka makanannya direbut sudah mewanti-wanti bahkan sebelum makanan selesai disajikan oleh tuannya.

"Heiii... Aku tidak pernah merebut makanan siangmu!" Coco menjawab ketus. Tidak terima dengan kata-kata itu.

Tak lama berselang, makananpun selesai disajikan. Coco dan Codi makan mirip kuda yang sedang balapan.

Codi yang sejak awal telah menghabiskan makanannya hanya memandangi makanan Coco. Sayang, tuannya masih berjaga di antara mereka berdua. Jika saja sang tuan sudah pergi, Codi punya kesempatan untuk merebut makanan itu dan menghabiskannya.

"Berikan padaku!" Codi menggeram hebat sambil mempertontonkan taringnya yang tajam.

Coco diam dan berhenti makan. Geraman Codi membuat hatinya kecut dan tak berani melakukan perlawanan. "Tuan, dimanakah kau? Tak bisakah kuselesaikan makan siangku terlebih dahulu lalu kau bisa meninggalkan kami dan perutku kenyang?"

Hari-hari terus berganti dengan kebiasaan Codi yang suka merebut makan siang Coco.

Suatu hari, ada aroma makanan baru di rumah itu. Aroma yang lebih lezat dari sekedar ati dan ampela ayam.

"Lihat! Tuan kita memegang sesuatu yang beraroma lezat. Apa itu?"

"Apa kau tidak bisa melihatnya? Tentu saja itu makanan! Aromanya saja sudah membuat air liurmu tumpah-tumpah" Lagi-lagi Coco hanya bisa terdiam karena tak berani melawan.

Makanan baru itu pun diberikan. "Hmmm, makanan apa ini? Lezat sekali. Kering, warnanya pun cantik. Aku suka" Coco menggumam takjub. Moncongnya yang panjang sangat membantunya menghabiskan makanan kering itu beberapa detik lebih cepat dari Codi.

Merasa memilki peluang, Coco merebut makanan itu tepat dari moncong Codi yang tak bisa mengejar kecepatan makannya dan langsung melahapnya hingga habis.

"Rasakan balas dendamku anjing jahat! Sekarang kau tau seperti apa rasa sakitnya saat makananmu direbut." Coco terus saja mengunyah makanan itu dengan tenang sembari menatap tajam pada Codi. Merasa senang akhirnya bisa balas dendam.

Keesokan harinya, di jam makan siang, Coco masih terus saja kalah cepat dari Codi. Ternyata makan makanan kering dan basah mempengaruhi kecepatan makannya. Tidak heran, Codi masih terus merampas makanan Coco tiap kali ada kesempatan

Perlahan-lahan, keduanya memiliki kebiasaan yang sama. Merampas makanan anjing lain tiap kali ada kesempatan. Codi merampas makan siang Coco, sebaliknya, Coco selalu merampas makanan kering Codi.

Suatu saat di jam makan siang, Codi yang sudah menghabiskan makan siangnya terlebih dahulu terus memandang Coco. Menanti waktu yang tepat untuk merebut makanan itu.

"Hap! Minggir! Sekarang ini makananku!" Codi berteriak pada Coco begitu tuannya meninggalkan mereka berdua.

Codi terus lahap memakan hasil rampasannya sampai-sampai tidak menyadari, ada duri ikan yang sangat tajam di makanan itu. Dia lupa, menu makan mereka sedang diganti.

"Uhuk... uhuuk... uhuuukkk..." Codi terbatuk-batuk sambil terus berupaya mengeluarkan duri ikan dari kerongkongannya. Tak lama kemudian, Codi muntah, mengeluarkan semua makanan yang baru saja dilahapnya. Bersamaan dengan itu, duri ikan pun ikut keluar.

"Hahahah... Hahahah..." Coco terus menertawakan Codi yang serakah.

"Codiii... Codiii..." Makanya jangan rakus!" Kata Coco tertawa puas.

Seperti hari-hari sebelumnya, beberapa jam setelah makan siang, tuannya akan kembali memberikan cemilan. Kali ini berbeda lagi.

"Lihat! Tulang berwarna putih dengan aroma susu. Lezat sekali." Coco bersemangat dengan makanan yang kini berada di tangan tuannya. Siap untuk diberikan.

Coco yang merasa menang dalam urusan makan makanan kering mempercepat proses makannya. Dengan begitu, dirinya bisa merebut makanan Codi.

"Eit, apa ini? Sesuatu tersangkut di taringku! Tolong...! Tolong...! Tolong...!"

Coco yang terlalu cepat mengigit makanannya lupa ada celah diantara tulang-tulang itu. Taringnya tersangkut di celah itu dan sulit untuk dikeluarkan. Coco yang kesulitan menyelamatkan diri dari tulang itu kebingungan dan mulai berputar-putar tanpa arah.

Codi yang menyadari sesuatu sedang terjadi pada temannya mulai tertawa. Menertawakan betapa rakusnya Coco hingga terjerumus pada rakusnya itu sendiri. Codi tertawa terbahak-bahak. Kali ini dia ikut teriak "Coco... Cocooo... Makanya jangan rakus!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun