Mahal Amat? Ngga Kurang Lagi?
Ini nih, yang bikin aku suka nggak tega sekaligus marah sama bapak.
Mesin las bapak itu dinyalakan dengan cara diengkol. Sebenarnya mungkin bapak biasa saja saat nyalain mesin itu, tapi aku suka nggak tega lihatnya. Kayaknya berat banget, gitu.
Dan saat barang udah selesai diperbaiki, eh malah ditawar.
Aku suka liatin bapak. Semacam mengirim telepati. Jangan kasih, Pak! Jangan kasih, Pak! Gitu, tapi ngga nyampe telepatinya. Hahahahha.
Bapak tetap mau harganya ditawar, tapi tidak sesuai dengan nominal yang diminta oleh si customer. Bapak kasih harga di bawah harga yang disebutkannya di awal.
Kata bapak, bengkelnya nggak ada apa-apanya tanpa mereka. Mereka juga akan kelimpungan kalau bapak nggak buka bengkel di sini. Atas pertimbangan win win solution tersebut, selama tidak merugi, bapak selalu menerima jika customernya menawar harga.
Ngga Banyak, Tapi Menutup Kebutuhan Sehari-hari
Pekerjaan tidak melulu datang. Biasanya, usai musim tanam, pekerjaan pun ikut berkurang. Meski nggak banyak, penghasilan dari bengkel bapak lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bapak dan mamak. Pun sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak yang membutuhkan cukup banyak biaya, biasanya orang tua masih bisa cukupi dari penghasilan bengkel tersebut.
Mengatasnamakan rasa tidak suka atas tawaran harga pada hasil karya bapak, akupun selalu berusaha tidak melakukan hal yang sama pada teman-teman yang memulai usahanya dari nol. Terutama usaha yang dirintis saat pandemi seperti sekarang.
Cara-cara Sederhana Mendukung UMKM