"Kenapa Pak? Kok bisa?" aku bertanya
"Iya, mba itu kan baru ya. Tapi beberapa kali disapa sama security-security di sini ngga pernah mau sapa balik, Mba., Bapak itu menjawab lurus saja sembari sesekali melihat perempuan si staf baru. Mungkin beliau takut ucapannya terdengar.
"Ohhh, mungkin dia juga sungkan nyapa Pak. Kan masih baru," Hanya itu sepertinya jawaban bijaksana yang bisa menenangkan beliau dari rasa mindernya itu.
"Bukan begitu Mba. Kalau sekali dua kali sapa terus didiemin sih ngga apa-apa. Tapi kalau berkali-kali kita coba sapa dan ngga digubris ya sedih juga. Kayak kita ngga layak buat sapa dia gitu. Kan cuma security."
Aku diam. Dan hatiku sedikit teriris. Entah kenapa tiba-tiba keingat bapak yang di kampung.
Mungkin kalau bapak diperlakukan sama, aku pasti negur orang itu tanpa diminta. Beda dengan ini. Aku tak bisa berbuat apa-apa karena tak mengenal bahkan nama perempuan itu meski kami satu kantor.
Sama seperti bapak petugas keamanan itu sampaikan, perempuan itu mungkin memang pelit berbicara. Atau mungkin merasa tidak perlu untuk berbicara dengan seseorang yang tidak begitu dikenalnya? Aku tidak tahu.
Beberapa kali aku bertemu dengannya di toilet kantor pun hal yang sama dilakukan juga padaku saat aku mencoba tersenyum kecil. Eilahh, datar aja gitu mukanya.Â
Berbeda dengan bapak petugas keamanan, saat aku diperlakukan seperti itu, aku juga akan melakukan hal yang sama padanya. Kupikir ngga ada ruginya juga kalau tidak bicara dengan orang itu. Dan ngga ada untungnya juga. Toh tidak ada kaitan pekerjaan dan tidak ada kebutuhan apa-apa yang berurusan dengannya.
Jadi tiap kali bertemu dengannya di toilet, kami seperti stranger padahal tiap hari melewati jalanan yang sama. Toilet yang sama. Akses lift yang sama. Hehehe. Lucu ya.
Ya itu, kembali lagi dengan kebiasaan ya. Mungkin kebiasaannya hanya berbincang sebatas dengan orang-orang yang dikenalnya saja. Aku tidak bisa memaksa orang lain untuk mengubah tabiat yang sudah mendarah daging.Â