Hal ini dilakukan agar konsumen lebih aware atau sadar sehingga memperlakukan kemasan plastic tersebut sesuai dengan standard yang telah ditetapkan untuk bahan plastic tersebut, misalnya suhu penggunaan dan penyimpanan, bahan yang bisa dikemas dengan plastic tersebut dan lainnya, sehingga bahan yang dikemas tidak terkontaminasi oleh komponen monomer dari bahan plastic tersebut.
Lalu apa kaitan keseluruhan hal tersebut dengan penggunaan ulang botol bekas AMDK?
Saat kecil dulu, keluarga saya tinggal di salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Simalungun. Sebagai seorang ibu yang bertugas untuk memberikan perhatian penuh terhadap keluarga terutama anak, saya dan saudara saya sering sekali disiapkan bekal untuk dibawa ke sekolah. Bekal ini selalu saja beragam. Tergantung apa yang ibu masak setiap hari. Di samping itu, kami juga selalu dibekali air putih agar terhindar dari dehidrasi. Maklum, perjalanan dari rumah ke sekolah lumayan jauh di tempuh dengan berjalan kaki.Â
Saya masih ingat betul, ibu tidak pernah memperbolehkan kami bertiga untuk jajan es. Tidak baik untuk kesehatan katanya. Itu sebabnya, setiap kali menyiapkan bekal air putih untuk dibawa ke sekolah, ibu selalu menyiapkan air hangat. Lumayan juga untuk dipeluk sepanjang perjalanan. Karena dulu suhu di desa masih cukup dingin untuk ditelusuri oleh tubuh mungil kami. Sudah berbeda dengan sekarang.
Botol minum yang kami bawa adalah bekas botol AMDK yang ibu dapat entah darimana. Biasanya sih bekas botol AMDK nya sendiri. Tidak jarang botol tersebut sampai penyot akibat suhu air di dalamnya terlalu tinggi. Dan dulu, dengan senang hati saya akan mempermainkan botol penyot itu sampai tiba di sekolah lalu akhirnya saya buka agar botol dapat kembali ke keadaan semula. Usai sekolah, botol itu biasanya akan kami cuci agar dapat digunakan kembali keesokan harinya.
Waktu berganti, usia semakin dewasa. Pendidikanpun kian tinggi. Di salah satu mata kuliah yang membahas penuh tentang kemasan, saya mendapatkan informasi yang sangat penting, bahwa penggunaan botol bekas ADMK tidak baik untuk tubuh terutama jika dibuat untuk menyimpan air panas. Hal ini persis seperti yang ibu selalu lakukan dulu pada kami.Â
Tidak perlu menunggu lama, informasi itu saya sampaikan pada orang tua saya agar mereka tak lagi menggunakan botol bekas AMDK untuk digunakan sebagai wadah air di setiap bepergian. Kasih sayang orang tua tentu saja luar biasa, saya paham, segala hal yang dulu ibu saya lakukan murni didasari oleh ketidaktahuan. Ketidakpahaman. Yang beliau inginkan adalah anak-anaknya bisa lebih mandiri dan terhindar dari dehidrasi.Â
Lagi-lagi saya salah. Saya pikir informasi yang seperti ini memang hanya akan saya temukan pada masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ternyata, pemandangan serupapun masih banyak saya dapati diperkotaan. Salah satu sample yang saya ambil adalah petugas on boards Transjakarta rute Depok-BKN.Â
Informasi akan mati jika tak dibagi. Beruntung, saya terpilih menjadi salah satu peserta Danone Blogger Academy yang diselenggarakan oleh Danone dan Kompasiana. Berangkat dari pengalaman pribadi dan sedikit informasi yang saya dapat dari bangku kuliah, saya bertekad untuk mengangkat masalah ini dengan harapan semakin minimnya masyarakat Indonesia yang menggunakan botol bekas AMDK untuk wadah minum dan beralih ke wadah yang lebih aman untuk menampung air baik air dingin maupun panas dan terpenting tidak membahayakan untuk kesehatan.Â