Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Awas! Bahaya Penggunaan Botol Minuman Bekas

5 Desember 2017   15:09 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:47 2835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa contoh kemasan AMDK yang sering digunakan kembali sebagai wadah air | health.kompas.com

Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat dibutuhkan tubuh. 70% komposisi tubuh manusia dewasa adalah air, dan 80% diantaranya terdapat pada otak. Sehingga, apabila seseorang kekurangan air maka dapat dipastikan orang tersebut akan kesulitan berkonsentrasi sehingga cukup sulit untuk 'nyambung' saat diajak berbicara. Itulah alasan dibalik munculnya jargon "Butuh Aqua?"

Tidak banyak orang bersedia membawa air putih untuk konsumsi pribadinya saat bepergian. Ada beberapa kemungkinan mengapa hal tersebut terjadi. 

1.Mungkin tempat yang akan dituju banyak sumber air putih bersih yang bisa dikonsumsi untuk terhindar dari dehidrasi, 

2.Malu (terutama untuk kaum pria)

3.Malas dengan alasan tas akan semakin berat

4.Tidak memililiki wadah atau botol air minum

5.Memilih untuk membeli saja mengingat harganya yang cukup terjangkau

Tidak ada yang salah dengan alasan-alasan di atas, karena pada faktanya setiap kali merasa haus, entah dengan cara apa manusia akan mencari sumber air terdekat untuk melepas dahaganya. 

Namun perlu diketahui, kondisi tubuh yang kekurangan air atau biasa disebut dehidrasi akan -menyebabkan kinerja kognitif, mood, konsentrasi serta daya ingat akan berkurang. Jika sering terjadi pada tubuh maka akan menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukan batu ginjal, serta sembelit.

Kurang lebih 8-9 gelas atau setara dengan 2,5 liter air setiap harinya adalah takaran normal  komposisi air yang masuk ke dalam tubuh manusia. Jika kurang, maka akan menyebabkan beberapa akibat sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan jika terlalu berlebihpun maka akan menyebabkan ginjal dan jantung bekerja secara berlebih sehingga mengakibatkan seseorang mengalami Hiponatremia yaitu penurunan tingkat natrium dalam darah seperti yang telah saya bahas dalam artikel berikut ini.

Selain itu, komposisi air berlebih yang masuk ke dalam tubuh pun dapat menyebabkan pembengkakan sel darah yang apabila terjadi pada otak akan berujung pada kerusakan otak.

Lalu bagaimana cara untuk mengetahui apakah kebutuhan air dalam tubuh telah terpenuhi pada komposisi yang tepat atau tidak? Cara untuk mengetahuinya sangat mudah, cukup periksa urin sendiri (PURI) dengan cara melihat warna urin yang berada di wadah closet putih tepat di bawah cahaya lalu membandingkannya dengan sticker grafik warna urin yang direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).

Semakin pekat warna urin menunjukkan bahwa tubuh sedang dehidrasi. Sebaliknya, semakin bening warna urin, hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan air dalam tubuh telah tercukupi dengan baik.

Kembali pada persoalan membawa air minum saat bepergian. Ini mungkin adalah hal aneh, ketika dari rumah seseorang dihadapkan pada beberapa alasan untuk tidak membawa air putih saat ingin bepergian, kasusnya akan berbeda setelah di tengah jalan. Murahnya harga air minum dalam kemasan (AMDK) memang bisa menjadi alternatif untuk menghilangkan dahaga. Dan biasanya, sesuatu yang dibeli akan terasa lebih berharga bukan? 

Jika pada awalnya malas membawa air dari rumah karena berat dan malu, maka akan berbeda kasusnya terhadap air yang dibeli. Air yang dibeli mungkin akan terasa lebih ringan dan lebih berkelas jika ditenteng di tas? Entahlah! Yang jelas, biasanya AMDK yang dibeli pasti akan selalu diboyong kemanapun konsumen tersebut melangkah.  

Seyogyanya setelah AMDK habis, botolnya bisa langsung diremuk dan dibuang saja. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat penggunaan yang berulang terutama setelah diisi air panas dapat membahayakan kesehatan konsumen. Atau, alternatif lain untuk mengurangi kuantitas sampah, botol tersebut bisa didaur ulang dan dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Namun pada faktanya, botol bekas AMDK masih saja ramai digunakan kembali terutama oleh mereka dari kalangan menengah ke bawah. 

Untuk memperdalam pemahaman tentang ini, beruntung sekali saya bersama dengan peserta Danone Blogger Akademy lainnya berkesempatan langsung mengunjungi pabrik PT. Tirta Investama (Aqua) yang berada di Klaten. Sambil menyelam minum air sembari lihat-lihat kecantikan karang dan biota laut. Heheh. Begitu pun saat visit ini, sembari belajar, saya menyempatkan diri untuk menikmati keseruan serta kesejukan yang ada di area pabrik. Berikut sedikit keseruan yang terangkum


Mengenal Botol AMDK

Ada beberapa jenis bahan pembuat plastic, diantaranya PET, HDPE, V, LDPE, PP, PS, dan O (Other). Pada umumnya, botol AMDK terbuat dari plastic yang berbahan PET, oleh sebab itu, fokus tulisan akan dikaitkan dengan seluruh bahasan terkait dengan PET.

PET adalah bentuk polyester yang diekstrusi atau dibentuk menjadi plastic botol dan benda lainnya untuk kemasan makanan dan minuman, perawatan pribadi dan berbagai produk konsumen lainnya.  

Botol AMDK terbuat dari plastik berbahan Polietilen Tereftalat (PET). Pada bagian bawah kemasan, plastik PET ditandai dengan adanya tanda segitiga dengan angka satu (1) di dalamnya.  

Botol AMDK PET (Aqua) dan HDPE (Tanpa merek) | DokPri
Botol AMDK PET (Aqua) dan HDPE (Tanpa merek) | DokPri
Simbol tersebut merupakan kesepakatan dari ASTM (American Society for Testing and Materials) untuk menginformasikan kepada pengguna bahan-bahan plastic atau resin mengenai bahan asal plastic tersebut. 

Hal ini dilakukan agar konsumen lebih aware atau sadar sehingga memperlakukan kemasan plastic tersebut sesuai dengan standard yang telah ditetapkan untuk bahan plastic tersebut, misalnya suhu penggunaan dan penyimpanan, bahan yang bisa dikemas dengan plastic tersebut dan lainnya, sehingga bahan yang dikemas tidak terkontaminasi oleh komponen monomer dari bahan plastic tersebut.

Lalu apa kaitan keseluruhan hal tersebut dengan penggunaan ulang botol bekas AMDK?

Saat kecil dulu, keluarga saya tinggal di salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Simalungun. Sebagai seorang ibu yang bertugas untuk memberikan perhatian penuh terhadap keluarga terutama anak, saya dan saudara saya sering sekali disiapkan bekal untuk dibawa ke sekolah. Bekal ini selalu saja beragam. Tergantung apa yang ibu masak setiap hari. Di samping itu, kami juga selalu dibekali air putih agar terhindar dari dehidrasi. Maklum, perjalanan dari rumah ke sekolah lumayan jauh di tempuh dengan berjalan kaki. 

Saya masih ingat betul, ibu tidak pernah memperbolehkan kami bertiga untuk jajan es. Tidak baik untuk kesehatan katanya. Itu sebabnya, setiap kali menyiapkan bekal air putih untuk dibawa ke sekolah, ibu selalu menyiapkan air hangat. Lumayan juga untuk dipeluk sepanjang perjalanan. Karena dulu suhu di desa masih cukup dingin untuk ditelusuri oleh tubuh mungil kami. Sudah berbeda dengan sekarang.

Botol minum yang kami bawa adalah bekas botol AMDK yang ibu dapat entah darimana. Biasanya sih bekas botol AMDK nya sendiri. Tidak jarang botol tersebut sampai penyot akibat suhu air di dalamnya terlalu tinggi. Dan dulu, dengan senang hati saya akan mempermainkan botol penyot itu sampai tiba di sekolah lalu akhirnya saya buka agar botol dapat kembali ke keadaan semula. Usai sekolah, botol itu biasanya akan kami cuci agar dapat digunakan kembali keesokan harinya.

Waktu berganti, usia semakin dewasa. Pendidikanpun kian tinggi. Di salah satu mata kuliah yang membahas penuh tentang kemasan, saya mendapatkan informasi yang sangat penting, bahwa penggunaan botol bekas ADMK tidak baik untuk tubuh terutama jika dibuat untuk menyimpan air panas. Hal ini persis seperti yang ibu selalu lakukan dulu pada kami. 

Tidak perlu menunggu lama, informasi itu saya sampaikan pada orang tua saya agar mereka tak lagi menggunakan botol bekas AMDK untuk digunakan sebagai wadah air di setiap bepergian. Kasih sayang orang tua tentu saja luar biasa, saya paham, segala hal yang dulu ibu saya lakukan murni didasari oleh ketidaktahuan. Ketidakpahaman. Yang beliau inginkan adalah anak-anaknya bisa lebih mandiri dan terhindar dari dehidrasi. 

Lagi-lagi saya salah. Saya pikir informasi yang seperti ini memang hanya akan saya temukan pada masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ternyata, pemandangan serupapun masih banyak saya dapati diperkotaan. Salah satu sample yang saya ambil adalah petugas on boards Transjakarta rute Depok-BKN. 

Botol bekas AMDK yang digunakan lagi sebagai wadah minum oleh Pramudi TJ | Dokpri
Botol bekas AMDK yang digunakan lagi sebagai wadah minum oleh Pramudi TJ | Dokpri
Ketidaktahuan merupakan alasan utama mengapa mereka menggunakan botol bekas AMDK untuk digunakan sebagai wadah air putihnya. Bagi mereka, yang penting ada wadah untuk air minum. Hal ini semakin diperparah dengan meletakkan botol yang telah berisi air tersebut tepat di depan kaca jendela bus yang rawan dengan pantulan cahaya matahari.

Informasi akan mati jika tak dibagi. Beruntung, saya terpilih menjadi salah satu peserta Danone Blogger Academy yang diselenggarakan oleh Danone dan Kompasiana. Berangkat dari pengalaman pribadi dan sedikit informasi yang saya dapat dari bangku kuliah, saya bertekad untuk mengangkat masalah ini dengan harapan semakin minimnya masyarakat Indonesia yang menggunakan botol bekas AMDK untuk wadah minum dan beralih ke wadah yang lebih aman untuk menampung air baik air dingin maupun panas dan terpenting tidak membahayakan untuk kesehatan. 

Bahaya Penggunaan Botol Bekas AMDK sebagai Wadah Minum

Ada jenis bahan yang diijinkan untuk dikemas dalam botol PET atau AMDK, ada juga yang jenis bahan yang tidak diijinkan untuk dikemas menggunakan botol tersebut. Secara umum, jika penggunaan botol PET masih dalam batas normal, tidak ada bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan botol secara berulang selama air yang diisi kembali itu bukanlah jenis air yang dilarang untuk dikemas di plastic berbahan PET.

Penggunaan botol PET dalam batas normal adalah begitu AMDK dibeli dan sudah habis dikonsumsi, masih bisa diisi kembali dengan air putih yang bersuhu dingin hingga normal. Begitu habis, botol bisa langsung diremukkan dan dibuang. Sangat tidak disarankan untuk mengisi botol bekas AMDK dengan air panas karena dapat menyebabkan komponen monomer dari botol plastic terlepas dan bermigrasi (berpindah) ke bahan yang dikemas (air). 

Dalam jangka pendek memang sangat jarang ditemukan kasus keracunan monomer plastic, namun dalam jangka panjang, kontaminasi monomer plastic bisa menyebabkan gangguan kesehatan. Misalnya kanker.

Ingin memperkuat isiisi tulisan, saya mencoba untuk mendapatkan berbagai informasi tambahan dari praktisi PT. Tirta Investama, Mas Eric Rahadian dari bagian Quality Manager serta dari Bapak Achmat Sarifudin selaku salah satu Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Subang, Jawa Barat. 

Keduanya pun mengamini bahwa mengisi kembali botol bekas AMDK dengan air panas dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Sebagai produk AMDK yang merajai pasar Indonesia, Eric Rahadian, selaku Quality Manager PT. Tirta Investama dari pabrik Klaten menyarankan untuk segera meremukkan botol begitu isi botol telah habis dilakukan. 

Berikut pemaparan Mas Eric terkait dengan kemasan AMDK yang terbuat dari PET


Jika tidak ingin menambah kuantitas sampah di lingkungan sekitar, botol bekas AMDK juga dapat dimanfaat sebagai pot sederhana yang bisa digantung di pekarangan rumah. Selain dapat memberikan hasil tanaman, menambah nilai estitika rumah, konsumen juga sudah turut mengurangi jumlah sampah. 

Hiasan lampu dari botol bekas AMDK | DokPri
Hiasan lampu dari botol bekas AMDK | DokPri
Berbeda dengan Bapak Achmat Sarifudin selaku peneliti dari LIPI, Subang, selain mengamini bahwa salah satu bahaya yang timbul dari penggunaan botol bekas adalah Kanker, Beliau juga menambahkan bahwa penggunaan botol untuk minuman dengan kandungan gula kemudian digunakan lagi berulang-ulang tanpa memperhatikan kebersihan botol akan memungkinkan botol terkontaminasi mikroba. 

Sebagian isi email Bapak Achmat sebagai pendukung tulisan | DokPri
Sebagian isi email Bapak Achmat sebagai pendukung tulisan | DokPri
Botol yang terkontaminasi mikroba pada dasarnya akan mempengaruhi kesehatan pengguna, tergantung jenis mikroba yang tumbuh pada botol tersebut. Salah satu bahayanya adalah sakit perut atau diare. 

Wadah/Botol Air Minum yang Disarankan

Pada umumnya, wanita dan kaum Ibulah yang sering sekali memperhatikan dan bertanggung jawab akan hal ini. Mereka pulalah yang sering sekali menyiapkan bekal minuman untuk seluruh anggota keluarga. Untuk itu, bagi seluruh wanita dan kaum ibu yang bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan air keluarga saat bepergian, cobalah untuk mencari botol minum yang pada bagian dasar kemasan bertuliskan BPA Free (Bebas Bisphenonl).

Kemasan botol yang bertuliskan BPA Free merupakan botol Polycarbonate (PC) yang diyakini lebih aman untuk digunakan secara berulang dan dapat diisi dengan air panas. Hal yang juga harus diperhatikan dalam penggunaan botol yang dapat diisi ulang adalah kebersihan setelah penggunaannya. Botol sebaiknya dicuci setiap hari dan dibilas terlebih dahulu dengan air panas sebelum digunakan. 

Beberapa merek botol yang direkomendasikan untuk digunakan di Amerika dapat dilihat pada link berikut ini, meski demikian, tidak perlu khawatir karena di Indonesia sendiri, sudah cukup banyak beredar botol minum dengan simbol BPA Free. Hanya dibutuhkan sedikit kesabaran dan ketelitian untuk tidak salah pilih dalam membeli botol yang tepat. Meski sedikit mahal, namun kesehatan keluarga tetaplah di atas segalanya. 

Catatan dari penulis untuk PT. Tirta Investama

Tak pernah terpikirkan dapat terpilih menjadi salah satu peserta di ajang bergengsi yang diselenggarakan Danone dan Kompasiana ini. Sebagai bentuk tanggung jawab kepada seluruh pihak yang telah memberikan kesempatan yang sangat luar biasa ini, penulis turut sumbangsih ide khususnya kepada PT. Tirta Investama. 

Adapun ide yang dimaksud adalah: Jika produsen rokok memberikan perhatian kepada konsumennya melalui kemasan yang berbunyi "Merokok Membunuhmu.", maka rasanya tak salah dengan memanfaatkan hal yang sama, kemasan, PT. Tirta Investama mengedukasi seluruh pasarnya tentang bahaya penggunaan ulang botol AMDK terutama saat bersentuhan dengan air panas. 

"Tidak Cocok Diisi Kembali Dengan Air Panas" misalnya. Atau dapat pula memanfaatkan bagian plastic pada kemasan dengan menggambarkan beberapa tips daur ulang botol AMDK untuk menambahkan nilai ekonomis benda tersebut sekaligus secara mengajak seluruh konsumen untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Semoga bermanfaat. 

Jakarta, 5 Desember 2017

Efa M. Butar butar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun