Akhirnya, kematian-lah penaklukan paling akhir dan radikal atas ‘kehendak untuk hidup’. Impuls-impuls kehendak akan meredup bilamana kematian menjelang. Pada manusia, ketika sistem reproduksi tidak lagi berfungsi secara efektif (menopause), itu pertanda kematian tinggal menunggu waktu.
Kemenangan atas kehendak hanya bisa diperoleh melalui kematian. Tapi Schopenhauer sama sekali tidak menyarankan untuk bunuh diri, ”Destruksi yang disengaja pada eksistensi diri yang individual adalah tindakan sia-sia dan bodoh, karena kehidupan pada umumnya tidak dipengaruhi olehnya.”
Bunuh diri hanya mematikan kehendak individu. Tidak bagi kehendak manusia (dunia) secara umum. Dalam satu kematian yang disengaja, terdapat beribu-ribu kelahiran kehendak baru.
Manusia ‘jenius’ sangat rindu pada ‘kematian’. Sebab kematianlah kunci pembuka penjara ‘kehendak’. Beda dengan manusia 'monyet', baru membicarakan kematian, bulu kuduknya berdiri entah apa maksudnya.
Manusia ‘jenius’, menghadapi kematian dengan ketenangan sikap dan kemerdekaan. Bukan dengan tetesan ‘mubazir’ air mata.
* * *
Kampung Pettarani, Makassar di sekitar Oktober 2006.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H