Meski belum pernah bertatap muka secara langsung, ia gembiara. Kenapa? Karena Fatimah selalu mengingatkan dirinya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Caranya bagaimana, disarankan ia harus memperbanyak shalat malam dan tak boleh meninggalkan shalat lima waktu.
"Baru kali ini ada perempuan mengingatkan untuk shalat," ujarnya.
Rozi mengaku kini merasa tentram. Damai. Ia pun sudah mencurahkan isi hatinya, termasuk pengalaman kehidupan rumah tangga yang dijalaninya. Pahitnya kehidupan disampakan kepada Fatimah.
Pandangan Rozi tentang perempuan kini berubah. Tidak semua perempuan "mata duitan". Contohnya, perempuan asal dari Padang itu.
Sesungguhnya cinta tak boleh hancur hanya karena kita kekurangan uang. Apa lagi miskin. Uang bukanlah segalanya, meski tetap dibutuhkan karena tanpa uang makna hidup jadi hilang. Maka, jadikanlah uang sebagai instrumen bagi kita untuk meningkatkan amal saleh.
Maka, Rozi tak merasa malu lagi menjalani profesi sebagai tukang jahit keliling. Bekerja harus pula dimaknai sebagai ibadah. Mencari uang harus diiringi keikhlasan dari hati terdalam. Karena itu, di tengah mengais rejeki itu, ia selalu menyempatkan diri ke masjid untuk shalat jika sudah masuk waktu.
Nah, ketika ia mendapat hadiah sajadah dan Alquran dari penulis, meluncur dari mulutnya ucapan rasa syukur disertai doa moga-moga dirinya menjadi manusia bermafaat.
Salam berbagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H