Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Arogansi Embah Kuncung

15 April 2020   15:08 Diperbarui: 15 April 2020   15:03 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Embah Kuncung juga gemar bermain wayang. Foto | Dokpri

Embah Kuncung sepertinya tak puas mendengar jawaban seperti itu. Sebab, pikirnya, hal itu tak sejalan dengan asas demokrasi yang dijunjung di negeri ini.

Lalu, si embah pun sambil melepas ikatan maskernya memotong pembicaraan sang ustaz dengan menyebut forum itu selain berjalan tak demokratis juga telah mengabaikan hak-hak umat untuk tahu prihal ajaran agama yang dianutnya.

“Ini tak benar,” kata Embah Kuncing dengan nada protes.

Nah, mendengar suara Embah Kuncung yang tidak enak itu, anggota pengajian yang duduknya berjauhan, secara serentak mengeluarkan komentar beragam. Suasana pun jadi riuh. Ada yang tertawa, tetapi ada yang menyambutnya dengan nyinyir.

“Sudah. Sudah... sudah,” pinta pak ustaz agar segera anggota jemaah pengajian menghentikan komentarnya. Lantas, suasana pun jadi sepi. Pak ustaz kembali mendekatkan pelantang ke arah mulutnya supaya seluruh jemaah dapat menyimak penjelasannya.

**

Supaya puas, saya ulangi pertanyaan Embang Kuncung. Yang pertama, soal ulama gembira menyambut ibadah di rumah saja terkait upaya pencegahan meluasnya wabah virus Corona alias Covid-19. Pertanyaan kedua, soal orang mati. Pertanyaan ini bapak ajukan kepada Bapak Budi, rekan bapak.

“Saya memahami bahwa pertanyaan di hadapan orang ramai diajukan kepada saya. Itu pertanyaan khas orang bermain karambol,” kata pak usaz yang kemudian disambut tawa hadirin.

Mendengar sebutan pertanyaan bagai orang main karambol, anggota jemaah tertawa. Sementara Embah Kuncung terlihat jadi salting, salah tingkah. Wajahnya merah menahan marah.

Sebagian ulama justru merasa gembira saat Ramadhan banyak di rumah. Ia akan mengisi waktu dengan memperbanyak amalan: shalat sunah (tarawih) bersama anggota keluarga, perbanyak zikir, membaca Alquran dan memahami kandungannya secara komprehensif, termasuk mengajari anggota keluarga dari anak hingga isteri tentang tata cara ibadah yang baik.

Nah, tetapi ada pula ulama yang berkeinginan kuat melakukan ritual ibadah puasa Ramadhan dan ibadah yang disebutkan tadi, dilaksanakan di desanya yang jauh dari keramaian kota. Ini tentu ada maksud, yaitu agar semua ibadah itu dapat ditunaikan lebih khusyu’. Semua ibadah itu dapat dilaksanakan dengan tenang. Ibadah itu dilakukan di hadapan Allah dengan rasa tunduk, rendah dan takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun