Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Arogansi Embah Kuncung

15 April 2020   15:08 Diperbarui: 15 April 2020   15:03 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Embah Kuncung juga gemar bermain wayang. Foto | Dokpri

Sang ustaz yang tak mau disebut jatidirinya pada peristiwa itu, kepada penulis mengaku, bahwa ucapan dengan suara keras tersebut diarahkan kepada dirinya.

Embah Kuncung sepertinya ingin suasana orang tengah berduka berubah menjadi gaduh. Pasalnya, kok mengajukan pertanyaan pada forum yang sangat tidak tepat. Lagi pula pertanyaannya aneh, bukankah urusan orang mati kemudian ditanyai malaikat di alam kubur, menurut keyakinan dan ajaran Islam, ya sudah tentu.

“Ya, sudahlah,” ungkap sang ustaz sambil melempar senyum.

**

Embah Kuncung nampak kecewa berat. Ia nampak marah dan suaranya pun meninggi lantaran pertanyaannya dalam mejelis pengajian tidak segera dijawab sang ustaz. Malah, beberapa pertanyaan anak muda lebih dulu dijawab.

Seolah dirinya disepelakan. Lantas si embah itu mengacungkan tangan. Songkok hitam yang dikenakan miring, nyaris jatuh. Telunjuk jari kanannya diangkat tinggi seperti seorang mahasiswa tengah kuliah berebut mengajukan pertanyaan kepada dosennya.

Ternyata bukan itu. Justru ia mengangkat tangan sebagai isyarat interupsi. Embah Kuncung tengah meniru gaya anggota dewan bertanya kepada pimpinan dewan yang mimpin rapat.

“Interupsi, pak ustaz!” katanya dengan nada tinggi.

“Tolong pertanyaan saya, yang diajukan lebih awal dijawab. Harusnya dijelaskan lebih dahulu. Ini suasananya tidak beraturan,” ujar Embah Kuncung sambil mengelus jenggot putih kesayangannya.

“Sabar, embah!” seru sang ustaz sambil melempar senyum.

“Ada alasannya mengapa jawabannya disampaikan pada bagian akhir. Nanti, pasti diberikan alasannya juga,” sambung pak ustaz dengan suara datar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun