Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kali Ini Kalkulasi Politik Prabowo Tepat

18 Oktober 2019   07:41 Diperbarui: 18 Oktober 2019   14:24 3433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kiri) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) saat pertemuan di FX Senayan, Jakarta, Sabtu, 13 Juli 2019. ANTARA

Beruntung respon yang disampaikan berupa sinyal positif. Prabowo pun meninggalkan rekan koalisinya, Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) -- yang konsisten sebagai partai opisisi pada pemerintahan mendatang.

**

Ya, realistik karena Prabowo diam-diam belajar dari kasus partai lain. Paling dekat  tergambar dari pelajaran yang dipetik Partai Demokrat. Pasca Susilo Bambang Yudhoyono lengser dari presiden, perolehan suara partai itu terus melorot. 

Itu terjadi karena kadernya selain tergelincir akibat kasus korupsi, juga kemampuan SBY, sebutan Susilo Bambang Yudhoyono, dalam mengelola partai terlalu berat menggantungkan pada sosok dirinya.

Prabowo pun menyadari bahwa dirinya semakin tua. Itu alamiah. Karena itu, ia dalam mengelola politik tentu juga akan mengendur. Orang sakit masih ada obatnya, tapi tidak dengan usia yang tua. Boleh jadi untuk 2024, Prabowo telah menyadari tak akan layak jual pada Pilpres 2024.

Nah, agar partai berlambang burung garuda itu tak menghadapi nasib seperti yang dialami Partai Demokrat, tentu dengan kalkulasi politik yang tepat, Prabowo memutuskan untuk bergabung dalam kabinet Jokowi.

Ketimbang menjadi oposisi, dan selalu menyuarakan menentang program pemerintah dengan dukungan kader berkualitas rendah pengalaman, akan lebih elok bagi Prabowo bergabung dengan Jokowi meski partai koalisi pendukungnya membawa angin "panas dingin".

Bagi Gerindra, ke depan yang dibutuhkan adalah regenerasi. Menciptakan kader berkualitas dan berpengalaman sangat penting. Karena itu sungguh tepat Prabowo mendorong kadernya duduk sebagai menteri di kabinet kerja nanti.

Sebagian pengamat masih ada yang berharap Gerindra dapat mengambil sikap sebagai partai oposisi. Tapi tidak ada yang menyebut bahwa Gerindra bergabung dengan Jokowi disebut sebagai langkah haram.  Tidak ada larangan untuk bergabung. Bukankah kita lihat sosok Jokowi dan Prabowo melempar tawa ketika mereka berjumpa di Istana, Jakarta.

Gerindra mengerti jika bergabung dengan koalisi Jokowi, memuncurlkan penolakan. Meski hal itu belakangan suaranya sudah mereda, senyatanya aroma penolakan dari para pendukung Jokowi masih tercium.

Namun Prabowo tetap pada pendiriannya. Kala berpidato di hadapan ribuan kadernya, ia akan  mendorong penguatan ekonomi Indonesia terkait ketahanan pangan, energi, dan pertahanan-keamanan dalam kabinet mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun