Di sisi lain, kita pun meyakini bahwa doa orang yang terzalimi dikabul Allah. Karena itu, sangat memalukan sekali, kala orang terzalimi seperti Pak Wiranto disebut-sebut peristiwa yang menimpa dirinya adalah sebagai perbuatan settingan.
"Tiga macam doa yang akan dikabulkan yang tidak ada keraguan padanya adalah doa orang yang terzalimi, doa musafir (orang yang sedang berpergian), dan doa (keburukan) dari bapak kepada anaknya." (H.R. At-Tirmidzi).
Nah, jika kita sudah melihat realitas yang ada, maka memelihara rasa malu mengeluarkan perkataan cemoohan, ejekan dan keji sudah sepatutnya dihentikan. Bertobatlah dengan cara meninggalkan perbuatan dosa diiringi niat memperbaiki diri dan tak mengulangi lagi.
Jika dosa itu berkaitan dengan hak manusia, mencaci maki orang yang tengah menderita sakit, maka diwajibkan meminta maaf kepadanya. Ini memang tidak mudah karena diperlukan tindakan nyata. Tetapi jika itu tak dilakukan sama halnya ia mengejek Tuhannya.
Masihkah para pelaku nyinyir itu punya rasa malu?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H