Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengenang Gempa Palu, Ketika Kementerian PUPR Kerja "All Out"

16 September 2019   00:02 Diperbarui: 16 September 2019   00:15 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak kerusakan akibat gempa Donggala dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018), di Kampung Wani 2, Kecamatan Tanatopea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Kapal Sabuk Nusantara 39 sampai terdampar ke daratan.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Contoh, regulasi mengenai Rencana Tata Ruang yang mengatur zona mana yang bisa dan tidak bisa dibangun, serta sejumlah persyaratan teknisnya.

Sebelum gempa, penulis memiliki kesan kuat bahwa kota Palu dikelilingi gunung dengan sebagian terbuka menghadap laut. Hotel, perkantoran, pasar modern, sarana pendidikan seperti sekolah hingga rumah ibadah terlihat indah.

Sebagai ibukota, Palu berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan Utara, Kabupaten Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah timur. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk.

Jika ingin mencapai kota lain, ya harus ekstra hati-hati karena jalan raya di provinsi ini tergolong sempit. Ke Poso saja, misalnya, jalan berkelok tajam sangat banyak. Dibanding ke Sumatera Barat, tidak berlebihan bila kelokannya jauh lebih berbahaya. Nah, ketika terjadi gempa, sangat sulit membayangkan betapa dahsyatnya kota tersebut tercabik-cabik.

Sekali lagi, bencana gempa, tsunami dan disusul likuifaksi yang terjadi di Palu dan Donggala, menuai perhatian dan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Korban meninggal kebanyakan tertimpa reruntuhan bangunan dan diterjang tsunami.

Untuk itu, korban meninggal segera dimakamkan secara layak dan massal. Ini karena pertimbangan kesehatan. Kita pun bersyukur, PT Pertamina ikut mengerahkan karyawannya untuk memasuk bahan bakar sehingga pekerjaan ke-PU-an dapat ditangani dengan cepatnya.

Tercatat sekitar 50 personil dikerahkan sebagai tenaga operator ke SPBU di daerah yang terkena dampak bencana gempa. Tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mempermudah penyaluran bahan bakar untuk mendukung Sulawesi Tengah bangkit.

Sumber bacaan satu dan dua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun