Berbagai peristiwa dialami. Ketika menginap di kediaman seorang famili, penulis bisa mengetahui benda-benda apa yang ditanam di bawah pintu.
Ini realitas. Bukan cerita mengada-ada. Seusai shalat magrib di rumah seorang famili, terbayang di hadapan penulis mahluk ular melintas. Â Zikir pun ditingkatkan. Terdengar suara daun pintu diulang dibanting. Sekali perlahan. Lambat laun suara bantingan pintu makin keras.
Terdengar suara anggota keluarga ribut. Saling bertanya, siapa apa gerangan?
Zikir dihentikan. Penulis tanya langsung kepada pemilik rumah. Benda apa yang ditanam di pintu pagar. Pokoknya, segera dicabut dan dibuang. Tuan rumah, mendapat informasi seperti itu, terkejut.
Setelah didesak, si tuan rumah mengaku, ia tanam berupa mangkok dan seisinya - yang tak disebut - dengan tujuan sebagai penjaga rumah.
"Rumah ini sering kemalingan, Ed?" katanya.
Pengalaman lain ketika penulis diam-diam ditest oleh seorang rekan. Caranya, ia mengajak berkunjung ke kediamanannya. Seusai shalat magrib, tuan rumah minta penulis duduk di ruang tengah.
Di situ, ia memperlihatkan sejumlah keris dalam kotak kaca yang dipajang di dinding. Jumlahnya mungkin sekitar 10 buah. Keris-keris itu, katanya, diperoleh dari berbagai daerah.
Kepada penulis, ia minta ditunjukan keris mana yang berasal dari Padang, Palembang, Makassar dan beberapa keris lainnya dari tanah Jawa.
Sungguh penulis mengaku tak tahu. Si tuan rumah mendesak. Tapi, setelah penulis dipandangi satu per satu, di hadapan penulis terbayang gambaran manusia asal daerah masing-masing. Jika keris itu berasal dari Makassar, terbayang tampilan wajah orang mengenakan pakaian adat Makassar.
Demikian seterusnya pada keris-keris berikutnya.