Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tabunglah Air Hujan, Panen Manfaat Pasti Didapat

7 September 2019   19:04 Diperbarui: 11 September 2019   21:22 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak di antara warga di pemukiman membuat sumur bor saat kemarau. Foto | Istimewa

Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif Raider 408/SBH membuat kincir air atasi kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Belu, NTT, Jumat (6/9/2019). | ISTIMEWA
Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif Raider 408/SBH membuat kincir air atasi kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Belu, NTT, Jumat (6/9/2019). | ISTIMEWA
Dari delapan provinsi, ada 72 kota/kabupaten atau 376 kecamatan terdampak kekeringan. Sebanyak 2.055.551 jiwa yang bermukim di wilayah itu diperkirakan membutuhkan air minum 30.272 meter kubik per hari.  

Mencermati itu, diimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan karena bisa berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. 

Beruntung, kita punya kearifan lokal yang patut dipertahankan. Di berbagai daerah yang kerap menghadapi kekeringan, masih kuat ikatan persaudaraan antarwarga semangat gotong royong membangun tandon air (embung) seperti yang dilakukan warga di NTT dan NTB. 

Di wilayah Kalimantan dan Sumatera, kala kemarau panjang, warganya mengeluarkan simpanan air bersih dari sejumlah tempayan (gentong) untuk kebutuhan air minum. Tempayan dimanfaatkan menampung air hujan dari atap kala musim penghujan datang.

Di Jakarta, sumur bor jadi solusi

Banyak di antara warga di pemukiman membuat sumur bor saat kemarau. Foto | Istimewa
Banyak di antara warga di pemukiman membuat sumur bor saat kemarau. Foto | Istimewa

Kini pemandangan pencarian sumber air bersih di beberapa wilayah Jakarta mulai terlihat. Hal itu sebagai dampak musim kemarau panjang. Belum lama ini Masjid At Taubah, di kawasan Ceger, Jakarta Timur, membuat sumur bor. Selama ini air permukaan yang digunakan untuk wudhu rada bau. Tapi, setelah menggunakan jet pump, kualitas air terasa jauh lebih baik.

Kekeringan juga dirasakan warga di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan ini memang jika terjadi kemarau panjang warganya selalu menderita kekurangan air bersih meski kawasan Penjaringan harusnya memiliki air tanah cukup.  

Cerita ibu rumah tangga di majelis ta'lim dan orang tua tentang sumur di kediaman atau pemukimannya mengering terdengar di berbagai tempat. Ada rekan kerja, berangkat ke kantor tidak mandi dan ketika tiba di kantor langsung cari kamar mandi dan baru ganti pakaian. Wuih, seru!

Bisa jadi, peristiwa kekeringan itu disebabkan lingkungan yang demikian cepat berubah. Belum lagi pengambilan air tanah di Jakarta demikian besar. Maka, yang terjadi, permukaan tanah turun dan ke depan punya potensi besar dapat terjadinya banjir kala musim penghujan datang.

Pemda DKI Jakarta diminta melakukan audit lingkungan terhadap bisnis dan industri di beberapa wilayah itu, harap Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) DKI Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun