Â
Hmmm. Awalnya penulis merasa bingung harus dari mana memulai menuliskan kisah terjadinya gangguan aliran listrik pada Minggu (4/8/2019), yang menurut Plt Dirut PLN, Sripeni Inten Cahyani, yaitu pada sirkuit satu.
Mengapa bisa begitu? Ya, lantaran CeritaDiBalikPadamListrik sangat memilukan. Bahkan ada peristiwanya yang sulit untuk dirangkaikan dengan kata-kata dan patut dituliskan.
Hingga kini celoteh warga tentang aliran listrik padam masih kuat melekat di benak. Masih menjadi buah bibir. Sangat mungkin sebulan ke depan terus berlangsung. Â Bahkan pada Rabu (7/8/2019) sore ini, seorang pedagang warung tegal di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, masih merasa jengkel kepada manajemen PLN. Pasalnya, ketika ia memasak nasi dengan magic com (ada yang menyebut majig jer) tiba-tiba listrik padam.
Dikiranya nasi sudah matang. Tak tahunya ketika disajikan kepada pelanggan, nasi masih mentah.
"Saya dimaki-maki pelanggan," kata pedagang mengenang peristiwa itu.
Sehari setelah pemadaman, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendatangi kantor PLN. Melalui layar televisi, penulis saksikan ia tidak sampai 15 menit menggelar rapat dengan pimpinan dan direksi PT PLN (Persero).
Wajah Pak Jokowi, menurut penulis, sedang menahan marah. Terlihat masam mendengar penjelasan direksi BUMN itu yang tekesan "main ikan lele, lama bertele-tele" pula. Siapa yang nggak sewot, tiga provinsi mengalami pemadaman listrik massal dalam waktu bersamaan.
Pada siaran pandangan mata tersebut, lantas Jokowi meninggalkan kantor PLN di kawasan Kebayoran baru, Jakarta Selatan, pada Senin, 5 Agustus 2019.
Tempo dalam laporannya menyebut, sejatinya Presiden Jokowi sudah mengetahui alasan listrik padam sebagai akibat gangguan di dua sirkuit transmisi PLN di Ungaran dan Pemalang, Jawa Tengah. Kendati begitu ia tetap ingin mendengar penjelasan PLN dengan menyambangi kantor BUMN tersebut.
Jokowi berpendapat, dalam sebuah manajemen besar seperti PLN, mestinya ada tata kelola risiko, seperti contingency plan dan backup plan.