Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aliran Listrik Padam hingga Potong Gaji Direksi, Masih Jadi Buah Bibir

7 Agustus 2019   18:30 Diperbarui: 7 Agustus 2019   18:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal aliran listrik padam lebih banyak meninggalkan kisah pilu. Kesedihan para orang tua yang hendak menikahkan anaknya tiba-tiba saat ijab kabul terganggu, pengeras suara tiba-tiba tak berfungsi lantaran aliran listrik padam.

Jalannya pesta pernikahan pun membuahkan rasa kesal lantaran gedung yang sudah dikontrak tiba-tiba lampunya padam. Terlihat pemdangan di keremangan pengantin celingukan kanan kiri. Saat bersamaan manajemen gedung tak menyediakan disel. Wuih, para tamu mengaku merasa prihatin.

Kisah pilu dialami para pengelola rumah kos di kawasan Grogol. Sempat aliran listrik aktif. Pada saat itu aliran air mengalir ke tangki. Penghuni kos, yang kebanyakan mahasiswa di sekitar kampus, mandi. Namun belum menunaikan bersih-bersih dan melepaskan segala keperluannya, listrik kembali padam.

Wuih. Entah apa kalimat yang keluar dari mulut mahasiswa. Mandi tanpa ketersediaan air bersih. Sulit dilukiskan dengan kata-kata yang patut.

Seperti disebut Jokowi pelayanan transportasi umum terganggu. Ada yang sangat membahayakan sekali. Sulit sekali penulis membayangkan ketika mendengar teman berceloteh terperangkap di dalam MRT dalam perjalanan ke tempat tujuan masing-masing.

Begitu juga layanan kereta komuterline se-Jabodetabek membuat warga menderita. Sementara lampu lalu lintas banyak terganggu. Sistem pembayaran e-toll juga membuat pelayanan menjadi terhambat. Antrean panjang dan mengular terjadi.

Rakyat kecil merasa kesulitan mendapatkan air bersih lantaran PDAM setempat menghentikan operasionalnya. Betapa dahsyatnya dampak akibat aliran listrik mati.

**

Seingat penulis, dulu ketika masih kecil, para pegawai PLN seperti "raja". Kita yang tinggal di kawasan pinggiran Jakarta seperti mengemis ketika mendatangi kantor PLN terdekat. Untuk mendapatkan aliran listrik, kita harus pandai main mata dengan petugas. Ketika listrik masuk, "polisi PLN" sering wara-wiri di kampung mencari pencuri listrik.

Petugas dari PLN itu matanya jelalatan ke atas, ke pojok rumah untuk mencari tahu siapa yang mencuri aliran listrik. Maklum pada saat itu untuk mendapatkan siaran televisi harus cukup mendapat aliran listrik dengan cara mengaitkan kabel ke kabel PLN terdekat. Kalau dijumpai pencurinya, ya segera diproses. Ujungnya, berakhir dengan pemberian "fulus".

Lucunya, ketika aliran listrik hendak masuk ke kampung, petugas PLN meminta bantuan warga. Kalau mau cepat teraliri listrik, sediakan uang sekian-sekian untuk biaya pembelian tiang listrik. Wuih, teganya. Setelah uang cukup tersedia, warga bersama petugas PLN menunjukan dimana tiang listrik yang patut didirikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun