Perilaku petugas PLN ketika itu, meminjam kata Roma Irama, sungguh terlalu. Tapi, itu kan cerita dahulu. Ketika kuda masih gigit besi dan transporatasi delman (andong) masih banyak digunakan di berbagai daerah.
Tentu saja, cerita di daerah tentang istimewanya sebuah rumah sudah mendapatkan aliran listrik adalah sebuah kebanggaan. Bahkan menjadi simbol sebagai status sosial bahwa rumahnya tak lagi pakai lampu templok, patromak atau memasak nasi tak lagi memakai kayu. Namun pada sisi lain, ketika aliran listrik padam, kalimat memilukan berhamburan.
**
Menariknya, dalam sebuah obrolan di warung kopi, penulis menyaksikan perdebatan makin hangat ketika peristiwa padamnya aliran listrik dikaitkan dengan peristiwa serupa di berbagai negara. Bahkan disebut-sebut menyeret menteri mundur dari jabatannya karena aliran listrik padam.
Lantas, ada yang membuka laman Tempo. Disebut, Menteri Ekonomi Korea Selatan, Choi Joong-kyung mengajukan diri mundur sebagai bentuk pertanggung jawabannya setelah listrik pada secara nasional pada 15 September 2011.
Menteri urusan Listrik Irak, Karim Waheed mengundurkan diri pada 17 November 2014 menyusul gelombang protes karena kurangnya pasokan lisrik yang sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Menteri Ekonomi Taiwan, Lee Chih-kung, melepaskan jabatannya pada 16 Agustus 2017 atau persis setelah listrik padam besar-besaran sehingga berdampak pada 13 juta rumah tangga di penjuru Taiwan. Perusahaan raksasa seperti pembuat chip iPhone dan Advanced Semiconductor Engineering juga terdampak akibat pemadaman listrik ini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Turki, Taner Yldz, pada 6 April 2015, Â mengumumkan pengunduran diri setelah sepekan sebelumnya terjadi pemadaman listrik secara nasional di negara itu. Yldz menyebut listrik padam karena ada error pada jaringan lisrik dan mismanagemen atau salah kelola.
"Kalau di sini, antum mau nggak mundur?"
Peserta kongkoan tanpa pemandu acara itu lalu tertawa bersama. Maklum, di sana kan berbeda. Di Indonesia harga "kursi" demikian mahal. Mustahil mau diberikan begitu saja. Bukankah pribahasa sudah menegaskan, lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Setiap negeri atau bangsa berlainan adat kebiasaannya. Mau pakai adat yang mana?
Namun tercatat ada point penting dari obrolan tersebut. Yaitu, pentingnya kompensasi yang harus diberikan pihak manajemen PLN.