Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belajar Sabar dan Ikhlas dari Masjid Qisas, Jeddah

27 Mei 2019   20:56 Diperbarui: 27 Mei 2019   21:15 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Qisas, Jeddah, di malam hari. Foto | Dokpri

Dalam perjalanan kembali ke Tanah Air usai menunaikan ibadah umrah pada Ramadan ini, penulis bersama rombongan menyempatkan diri singgah di Masjid Qisas, Jeddah.

Entah yang keberapa kali penulis bertandang ke masjid tersebut. Ketika bertugas sebagai petugas haji di Jeddah, penulis tak pernah terpikirkan hal ikhwal tentang qisas.

Masjid ini berada di kawasan Balad Jedda, tak jauh dari  Departemen Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi. Tepatnya di antara Jalan Bagdadiyah, Jalan Syeikh Al Juffali dan Jalan Madinah.

Seperti kebanyakan orang, qisas dimaknai sebatas pelaksanaan eksekusi mati dengan cara memenggal kepala. Padahal tidak sebatas itu.

Kini baru terpikirkan bahwa qisas adalah prinsip hukum dan dijunjung tinggi mensyaratkan setempat yang menegaskan adanya pembalasan setara. Hal ini penting dipahami warga di Tanah Air karena prinsip hukum ini tak bisa diintervensi sekalipun oleh seorang presiden atau raja.

Jika kita gali lebih jauh, realitasnya, hukuman di Kerajaan Saudi Arabia ini adalah yang dibunuh harus dibunuh pula. Ini untuk kasus pidana.

Di Arab Saudi tidak dikenal pelaku pembunuhan dapat terbebas dari hukuman dibunuh. Jadi, membunuh hukumannya ya dibunuh. Ini prinsip. Grasi tidak dikenal.

Hukuman ini di negeri petro dolar, Arab Saudi, sudah berurat-akar hadir di negeri itu. Dalam sejarah tak pernah terjadi pangeran, putra mahkota, gubernur hingga raja mengintervensi hukuman ini. Keputusan pengadilan, jika memang terbukti melakukan pembunuhan - dengan cara dan alasan apa pun - pasti kena hukuman qisas.

Meski masjid ini digunakan sebagai tempat qisas, dari dahulu hingga kini, yang penulis saksikan tak terkesan menyeramkan. Sama saja dengan masjid lainnya yang ada di Jeddah.  Jika saja itu di Tanah Air, bisa jadi sebagai tempat 'uji nyali'. Hehehe.

Dari catatan sejarah, dulu  tempat ini bernama Masjid Syeikh Ibrahim Al-Juffali. Konon, nama tersebut diambil dari nama Syeikh Ibrahim, warga Jeddah kaya dan membangun masjid itu.

Meski secara umum tak menyeramkan, ada satu sudut masjid yang menjadi lokasi eksekusi mati atau hukuman pancung. Posisinya persis di samping masjid. Luasnya tak seberapa bahkan terbilang kecil kurang lebih 25 meter persegi dan berlantai keramik.

Eksekusi mati di tempat tersebut biasanya dilakukan secara terbuka setelah salat Jumat. Warga sekitar bisa menyaksikan langsung seorang terpidana dipenggal hingga mati dengan leher terpisah dari tubuh. Saat itu, jalan raya di sekitar macet.

Usai eksekusi, lantai cepat disiram dan dibersihkan. Tempat tersebut cepat kembali bersih. Sedangkan jenazah langsung dibersihkan dan disalatkan di Masjid Qisas sebelum akhirnya dimakamkan.

**

Penulis tak ingin berpanjang kalam dengan riwayat kehadiran masjid tersebut. Tetapi dari hukuman ini ada poin penting yang dapat dipetik dari pelaksanaan hukuman tersebut. Yaitu, mengajak kita untuk konsisten dalam mengamalkan ajaran sabar dan ikhlas.

Mengapa?

Begini. Ketika penulis menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam dan umrah pada Ramadan ini, setiap langkah berpotensi menimbulkan amarah.

Ibadah umrah, apa lagi menunaikan ibadah haji, butuh fisik prima selama di Tanah Suci. Dalam kondisi cuaca panas, perut kosong karena puasa, mudah sekali tersulut amarah.

Lantas, bagaimana mengatasinya. Cukup dengan kalimat pendek, kuatkan hati dengan rasa sabar dan ikhlas. Sabar dan ikhlas harus sejalan. Paralel. Karena sabar saja tanpa disertai ikhlas tak membuahkan pahala.

Ketika kita tak diberi tempat shalat di Masjidil Haram oleh orang lain, bisa saja kita menahan diri dan bersabar. Tapi, tentu hati bisa saja masih berkata-kata alias ngedumel. Tapi bila disertai ikhlas, maka dapat melapangkan dada dan hati. Rasa amarah pun ngacir (pergi).

**

Nah, bagaimana kaitan qisas, sabar dan ikhlas.

Seperti tadi dikemukakan, qisas adalah prinsip hukum di Arab Saudi yang tak bisa diganggu-gugat, sekalipun diintervensi seorang raja.

Dalam hukum ini ada pelajaran bagaimana manusia dipaksa untuk bersabar dan ikhlas. Dalam kondisi apa pun. Bila tak mampu, maka konsekuensinya akan berharapan dengan hukum tanpa pandang bulu.

Seorang perampok yang "kebelet" ingin kaya seketika menyengajakan diri menguras harta seorang pengusaha. Ia kepergok ketika mengambil barang berharga. Karena ketahuan dan ingin menghilangkan jejak, ia membunuh si orang kaya. Pelaku dikenai qisas.

Seorang pembantu rumah tangga karena kesal sering dimarahi lantas membalas dendam dengan cara membunuh sang majikan, juga akan terkena qisas.

Orang mencuri pun bisa dikenai qisas. Potong tangan.

Seandainya para pembunuh di atas sudah memiliki "senjata ampuh" berupa kesabaran dan ikhlas dalam kehidupan ini, maka hukuman qisas dapat dijauhi.

Sabar dan ikhlas sejatinya mudah diucapkan. Dalam praktik, sungguh berat luar biasa. Karena itu, untuk meningkatkan rasa sabar dan ikhlas tadi harus juga dibarengi dengan ibadah berupa amalan lainnya.

Loh, kok bisa merembet lebar?

Iya begitu. Sebab, sabar dan ikhlas itu adalah karunia Allah semata. Namun kita patut berikhtiar menjadi orang penyabar dan iklas. Caranya bagaimana. Sangat sederhana. Selain ibadah rutin seperti shalat lima waktu dan puasa, menghormati orang tua, kita juga harus membangun sulatirahim antarsesama, banyak berzikir kepada Allah.

Namun, realitasnya,  ada ibadah lain yang sering dilupakan banyak orang untuk menguatkan kekuatan sabar dalam tubuh kita.

Apa itu?

Yaitu perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah merupakan "minyak pelumas".  Jika sebuah kendaraan jarang diberi pelumas atau oli, bisa jadi jalannya pun tak sempurna. Jika minyak remnya kurang, bisa jadi ketika kendaraan melaju rem menjadi blong, bisa bikin celaka diri sendiri dan orang lain.

Nah, sedekah ini bisa membimbing sekaligus memberi ke arah mana jalan yang hak dan batil. Kita pun akan terlatih menjadi orang ikhlas dan sabar dalam kehidupan dan memetik pelajaran dari lingkungan sekitar.

Orang yang sering bersedekah tak akan kekurangan rejekinya. Dan dengan sedekah itu pula hati kita dibersihkan. Jika hati bersih, ajaran sabar dan ikhlas akan meresap dan larut dalam aliran darah kita. Yakinlah! Dan, jangan lupa selalu berdoa dengan membaca ya muqollibal quluubi tsabbit qolbiy ‘alaa diinika.

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu  (HR. At-Tirmidzi no.3522, imam Ahmad IV/302, Al-Hakim I/525. Lihat Shohih Sunan At-Tirmidzi no.2792). 

Dengan cara itu, kita pun menjadi sadar bahwa hukum qisas sesungguhnya bisa dimaknai dalam prespektif lebih luas lagi. Mendorong umat untuk menghindari perbuatan keji dan meningkatkan kesalehan sosial.

Selamat menjalani Puasa Ramadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun