Warga perlu meningkatkan kewaspadaan selama Ramadan. Terutama ketika melakukan aktivitas di luar rumah dan di tempat berbelanja. Sebab, Â tangan-tangan kotor telah menjadi momok hingga merusak kesucian Ramadan di tengah upaya warga Muslim meningkatkan kualitas keimanan dan kesalehan sosial.
Pencurian kendaraan motor masih sering terjadi. Tidak pandang bulu siapa pemiliknya.Tukang ojek online belum lama ini kehilangan motornya ketika ia meninggalkan kendaraannya sekitar 15 menit di kawasan Ceger, Jakarta Timur belum lama ini. Saat terawih dan jelang sahur pun para pencuri bergentayangan.
Harus pula diwaspadai. Yaitu, Â perampokan dengan berpura-pura bertamu atau menawarkan jasa service AC dan peralatan rumah tangga. Modus ini biasanya mengincar rumah yang ditinggalkan majikannya dan hanya dijaga oleh pembantu rumah tangga.Â
Nah, saat Ramadan ini yang mengerikan adalah perampokan menggunakan senjata api. Pelaku mengincar para nasabah bank. Pasalnya, jelang hari raya akan ada penarikan uang dalam jumlah besar. Ditenggarai kejahatan ini meningkat jelang bulan Puasa hingga Idul Fitri.
Pihak berwajib telah mengeluarkan imbauan agar warga tidak mudah percaya dengan orang yang belum dikenal, bahkan hanya sekedar untuk memberikan pertolongan.
Mumpung perhelatan mudik belum digelar, diimbau agar para pemudik melakukan persiapan secara matang dengan tetap waspada pada modus-modus kejahatan juga kian bervariatif.
Kejahatan akan tertuju pada setiap terminal bus dan stasiun. Modusnya dengan membius korban, melalui minuman atau makanan yang diberikan pelaku secara cuma-cuma akan meningkat jumlahnya jelang lebaran.
Bukan hanya bius, kawan copet dan jambret juga wajib diwaspadai para pemudik. Kawanan penjahat juga tertuju pada rumah yang ditinggal oleh pemiliknya mudik. Â Pastikan rumah yang ditinggali sudah terkunci.Â
Jajaran kepolisian tentu sudah mengantisipasi ragam kejahatan. Termasuk cara pengamanan dan pelayanan kepada warga yang akan menunaikan ritual mudik. Namun penting diwaspadai pula jenis kejahatan perbankan (fraud rate). Sebab, para pelakunya ini bekerja terorganisir dan punya jaringan.
Pihak otoritas Bank Indonesia (BI) pernah mengingatkan para nasabah kemungkinan terjadi salah operasi dari nasabah sendiri.
Regulator terus berupaya mengurangi risiko terjadinya tindak kejahatan perbankan. Salah satunya dengan meminta kepolisian menindak para pelaku kejahatan di sistem pembayaran.