Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bagi Jokowi, Jangan Jadikan Momok Survei Munafik

13 Maret 2019   07:36 Diperbarui: 13 Maret 2019   08:57 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkatnya, "Gejala Bradley" adalah ketidaksesuaian jajak pendapat dengan hasil pemilihan.

**

Namun bagi Joko Widodo, survei memang harus diperhatikan. Apakah kini dirinya berada pada posisi di atas angin atau tengah berada di bawah roda kereta kencana. Namun jangan dijadikan momok, terutama survei munafik.

Terpenting, ia harus fokus memenangkan pertarungan Pilpres 2019 yang memasuki tahapan "terpanas". Sebab, dengan gambaran hasil survei yang independen, secara psikologis mendorong kubu 02 mengerahkan seluruh "amunisi" yang dimiliki. Haram dan halal dalam pandangan Islam bisa jadi dikaburkan menjadi barang abu-abu. Akal sehat lenyap.

Sungguh tepat pernyataan Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo - Ma'ruf Amin, bahwa apapun hasil survei seharusnya tak mempengaruhi upaya kampanye yang dilakukan oleh TKN.

Meski malaikat sekalipun, seperti dikatakan Ketua Dewan Pengarah BPN Prabowo-Sandiaga, Amien Rais, diseretnya berdoa dan memberikan laporan kepada Allah SWT agar Jokowi bisa kalah di Pilpres 2019 mendatang.

"Tiap malam (malaikat) lapor kepada Allah," kata Amien.

"Ya Allah, Indonesia itu punya potensi bagus, tapi pimpinannya ugal-ugalan. Tolong ya Allah, kalahkan, tentukan kalah," kata Amien seperti meniru ucapan malaikat berdoa.

Bagi Jokowi, sambung JK, sekarang ini adalah kerja keras.  Jangan karena survei baik, orang berhenti bekerja, survei jelek orang menangis, jangan. Pokoknya anggap saja semua fifty-fifty, supaya ada kerja keras.

Sumber bacaan satu dan dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun