Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bagi Jokowi, Jangan Jadikan Momok Survei Munafik

13 Maret 2019   07:36 Diperbarui: 13 Maret 2019   08:57 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Survei Populi menggambarkan bahwa elektabilitas Jokowi-Ma'ruf ada pada angka 54,1 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga 31,0 persen.

**

Dari prespektif historis, survei atau pun jejak pendapat munafik itu pernah terjadi. Rekan penulis Boyke Sukapdjo pernah bertutur,  Walikota Los Angeles, Tom Bradley. Ia adalah seorang Afrika-Amerika maju dalam pemilihan gubernur California pada 1982.

Jajak pendapat menunjukkan Bradley unggul dengan selisih poin besar. Partai Demokrat  saat itu meyakini bahwa jagonya akan menang. Tetapi, keyakinan Bradley dan hasil jajak pendapat ternyata keliru. Dia kalah atas calon Partai Republik, George Deukmejian.

Padahal, Bradley pada jajak pendapat selalu diunggulkan. Namun, kenyatanya, yang bersangkutan "keok" alias kalah. Mengapa? Penyebabnya, petanggap (yang ditanya) dalam jajak pendapat itu selalu memberi jawaban mendukung Bradley.

Mengapa warga yang dijadikan petanggap memberi jawaban demikian. Setelah dilakukan penelitian, alasan yang paling dapat diterima akal  karena mereka kira-kira nggak mau atau takut dibilang rasis atau anti-hitam.

Kemudian, di kotak suara, mereka dalam pemungutan suara, menunjukkan keasliannya. Suara hatinya.

"Bradley Effect" itu aromanya juga terjadi pada pemilihan Gubernur Jakarta pada 2017. Hingga mendekati hari pencoblosan, Ahok (Basuki Tjahaja Purbanama) selalu unggul dari Anies Baswedan dalam survei.

Baru pada jajak pendapat Kompas tiga hari menjelang pemungutan suara Anies dinyatakan menang, tapi entah kenapa survei itu nggak diumumkan. Boleh jadi, lantaran Ahok saat itu tengah gencar-gencarnya diserang dengan isu penistaan agama menyusul pertanyaannya di Ancol.

Untuk saat ini, bisa saja itu berlaku. Yang disurvei bilang dukung J karena takut atau nggak mau dibilang radikal, garis keras, anti-Pancasila dan anti-kebinekaan. Mereka baru menunjukkan diri di bilik suara.

Perkiraan jajak pendapat ternyata keliru karena sejumlah responden menipu. Masyarakat AS disebut-sebut sebagai warga munafik. Para responden itu memilih Bradley meskipun mereka tidak memilih Bradely pada hari pelaksanaan pemilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun