Nenek Masturoh bisa mengenali wajah setiap orang yang melintas di hadapannya. Saking gembiranya, Â kadang dia terlihat "over". Suka tampil berlebihan. Sehingga, sikapnya yang "lebay" itu menimbulkan kesan genit di mata para warga setempat.
Nenek Masturoh membawa kue dan memberikan kepada dokter sebagai ungkapan rasa syukur atas layanan para doker dan petugas lainnya di rumah sakit itu. Sebab, selama menjalani operasi, pascaoperasi, perawatan jalan dan obat-obatan ia tak mengeluarkan uang satu rupiah pun.
Ia memang menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Â Kesehatan sejak medio Desember 2014, hampir setahun setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan badan tersebut mulai diberlakukan pada 1 Januari 2014.
Antrean Aneh
Pemuda kumel -- lantaran semalaman tidur di muka pintu rumah sakit -- terlihat gembira. Ia  mendapat posisi barisan pertama antrean nomor pendapaftaran berobat di RS Cibonong. Namun setelah mendapat lembaran antrean, yang didapat bukuan nomor awal (satu) tetapi di angka 10. Â
Tapi pemuda itu tak marah meski datang  paling awal sejak pintu rumah sakit ditutup tengah malam, kemudian ia tidur di teras rumah sakit itu.Â
Berbekal nekad, pemuda setengah baya dan gondrong dekil itu mau bersusah payah mendapatkan nomor antrean untuk orang tuanya yang sudah memasuki lanjut usia atau lansia.
Tetapi bagaimana dengan yang lain, para lansia tak diwakili harus antre sendiri mendapatkan nomor berobat. Sejak subuh, penulis saksikan, Â di antara para orang tua tersebut berdiri dengan susah payah. Jika saja tak ada pengantre ikut membantu, bukan mustahil ada lansia yang terjatuh.
Sungguh tepat ungkapan hanya orang miskin yang punya modal kesabaran. "Ya. Kalau tak sabar, banyak orang miskin akan nekad menjadi kriminal," pikir penulis.