Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagi BPJS, Ini Kisah Teranyar untuk Peningkatan Pelayanan

2 Desember 2018   05:13 Diperbarui: 2 Desember 2018   05:50 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasrullah, bos dari Kompasiana memberi sambutan dan sekaligus menutup acara Kompasiana Nangring yang digelar di Grand Pramuka Square Jakarta (28/22/2018). Foto | Dokpri

Antrean pertama sangat menentukan jadi atau tidaknya berobat. Sebab, ketika nomor habis, maka bisa jadi yang bersangkutan tak dapat berobat. Bisa pula diberi tahu untuk poli tertentu tak melayani pasien disebabkan dokter sakit, ikut seminar atau tak punya dokter pengganti.

Karenanya, antrean ngesot terlihat demikian banyak pesertanya. Sebab, mereka merasa takut tak terlayani. Penulis perkirakan antrean mengular sampai 50 sampai 70 meter sampai ke dalam rumah sakit.

Antrean ngesot berhenti tatkala pintu rumah sakit dibuka. Sekitar Pukul 06.00 WIB. Mereka cepat berdiri rapi, berjalan beriringan bagai warga tengah antre sembako -- sembilan bahan pokok -- kala zaman kampanye terbuka berlangsung. Bisa pula disamakan seperti kaum dhuafa tengah minta belas kasihan orang kaya membagikan zakat menjelang Lebaran.

Para relawan yang ikut membantu pasien hingga melek kesehatan. Foto | Dokpri
Para relawan yang ikut membantu pasien hingga melek kesehatan. Foto | Dokpri
Berubah ?

Sambil ngesot, penulis mendapt cerita bahwa pelayanan sekarang sudah lebih baik. Dulu, kata rekan penulis yang baru kenal dalam barisan itu, antrean dibagi dua. Kiri dan kanan. Terjadi rebutan masuk untuk mendapatkan nomor antrean pertama. Saat berebut, kaca pintu masuk rumah sakit itu pecah.

Dulu, loket antrean untuk ke dokter hanya lima buah. Sekarang sudah sembilan loket. Pasien usia lanjut dapat prioritas pelayanan. Sedangkan kelengkapan administrasi, ada petugas yang menjadi relawan memberi petunjuk cara pengisi formulir. Lansia juga minta bantuan petugas. Namun, dalam konteks pelayanan, para suster atau para medisnya bolehlah diacungi jempol.

Nasrullah, bos dari Kompasiana memberi sambutan dan sekaligus menutup acara Kompasiana Nangring yang digelar di Grand Pramuka Square Jakarta (28/22/2018). Foto | Dokpri
Nasrullah, bos dari Kompasiana memberi sambutan dan sekaligus menutup acara Kompasiana Nangring yang digelar di Grand Pramuka Square Jakarta (28/22/2018). Foto | Dokpri
BPJSKesehatanMelayaniNegeri

Bagi Acub, berobat itu menjadi kewajiban. Bukan saja tatkala fisik tengah didera penyakit, tetapi juga kala sehat pun penting memeriksakan kesehatan. Sehat baginya investasi. Dalam bahasa yang sederhana, jika badan sehat maka dapat melaksanakan ibadah dengan baik.

Acub sudah melek tentang arti kesehatan. Karena itu, mengantre berobat sesulit apa pun akan ditempuh. Sehat adalah segalanya. 

Sehat itu investasi. Namun jadi persoalan, banyak di antara para pengantre dilakukan oleh perwakilan. Bukan anggota keluarga pasien. Apa lagi pasien usia lanjut yang biasanya ketika berobat harus dipandu dan dibantu oleh cucu atau anggota keluarganya.

Siapa yang dimaksud pengantre perwakilan itu? Yaitu, para relawan BPJS yang sejak Pukul 04.00 WIB sudah berada di sini dan ikut mengantre untuk mendapatkan nomor. Jika tidak dibantu, mustahil bin mustahal pasien usia lanjut bisa berobat. Nomor antre bakal habis lebih awal, karena tidak semua dokter poliklinik melayani pasien hingga melampaui jam kerja berakhir.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun