Dan, menyaksikan gerak tubuh Juned seperti menangkap isyarat mahluk asing, Pak Ngah jadi was-was.
Juned dan Pak Ngah nampaknya paham fenomena asing yang dialami itu. Maklum, Pontianak kan dikenal sebagai kota hantu. Kedua orang itu lalu meningkatkan kewaspadaan. Doa tolak bola dibacakannya berulang-ulang. Dan, seperti gerakan reflek, mereka bergerak cepat masuk ke kamar Ilham yang tengah berbaring.
"Benar, ini genderuwo!" Juned membisikan ke telinga Pak Ngah.
Tak lama, Pak Ngah memanggil isterinya, Sa'diah. Dari dalam kamar, Sa'diah diminta untuk membawa garam. Sa'diah pun melangkah cepat ke belakang, ke dapur, menggambil garam. Namun ketika masuk ke dapur, ia tiba-tiba merasa takut. Lama ia terdiam di depan pintu dapur. Namun karena ingat diperintah sang suami, keberaniannya mengambil garam muncul.
Sekarang garam di atas mangkok dibacakan doa tolak bala. Pak Ngah lalu menaburkannya di bawah tempat tidur Ilham yang tengah tergeletak pasrah dan makin lemah kondisi fisiknya. Kuping Ilham lalu diperdengarkan ayat-ayat suci yang disambut kucuran keringat dari keningnya hingga membasahi bantal.
"Setan ini harus diusir. Kite mahluk dimuliakan Allah. Genderuwo itu mahluk terkutuk. Pegi! Tak pegi, kucampakan kau," ucap Juned dengan suara keras seperti menantang mahluk halus itu.
Usai Juned berceloteh, Pak Ngah dan seisi rumah dikagetkan getaran keras diawali suara "bug" jatuh ke permukaan bumi. Beberapa saat suara serupa terulang lagi seperti hentakan kaki orang melangkah dengan beban berat. Makin lama, suaranya kecil. Lalu, suara itu menjauh.
Seusai peristiwa itu Ilham tiba-tiba menangis. Pak Ngah dan Juned memegangi bocah itu. Â Kedua orang tua itu kemudian saling pandang disusul ucapan Alhamdulillah. Mereka meyakini, Ilham diikuti mahluk halus. Bisa jadi, mereka berkesimpulan, mahluk itu adalah genderuwo yang diperintah majikannya untuk menghabisi Ilham sebagai tumbal.
**
Genderuwa -- dalam mitos Jawa  -- digambarkan sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh.
Genderuwa dikenal paling banyak dalam masyarakat di Pulau Jawa. Etnis Sunda menyebutnya "gandaruwo". Â Habitat kegemarannya adalah batu berair, bangunan tua, pohon besar yang teduh atau sudut-sudut yang lembap sepi dan gelap.