Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pers Berada di Ujung Tanduk?

23 Oktober 2018   21:24 Diperbarui: 23 Oktober 2018   21:44 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atmakusumah memberi penjelasan. Foto | Dokpri

Bagi orang belum melek media, tidak jarang tertipu. Jumlah media online macam itu banyak. Puluhan ribu. Mereka itu hadir ilegal dan masyarakat kerap mendatangi Dewan Pers mengadukan oknum wartwan dari media tersebut.

Baca juga: Kala Politik Memanas, Pers Perkuat Marwahnya dan  Jurnalis Masih Pantas Menoleh Kisah Usang Ini

**

Selain mendirikan media online seenaknya, Dewan Pers prihatin masih ada di kalangan awak media terlalu percaya dengan informasi media sosial. Kita pun tahu bahwa Jurnalis itu harus mengedepankan asas chek and rechek. Cover both side.

Karena itu jurnalis harus melakukan verifikasi dan klarifikasi kepada sumber berita sebelum menyebarluaskan berita. Jika informasi masih mentah, sangat mungkin berita kemudian jadi hoax. Berita bohong dapat menyesatkan dan berpotensi jadi fitah.

Dialog bedah buku. foto | Dokpri
Dialog bedah buku. foto | Dokpri
Karena itu, Dewan Pers tak bison-bosannya agar jajaran pers dan seluruh pemangku kepentingan terkait mendorong pers bekerja profesional.

Dewan Pers  juga terus menerus membenahi dan menertibkan media ilegal dengan bekerja sama dengan pihak kepolisian, Kominfo dan instansi terkait. Personil dari instansi tersebut bekerja dalam satu tim, sehingga begitu mendapat laporan warga secepatnya diselesaikan. Kita berharap tim tersebut dapat bekerja maksimal. Tim yang akan dibentuk ke depan tersebut  mirip sistem pelayanan satu atap.  Mantap, tanggap dan cepat menyelesaikan persoalan.

**

Pada acara bedah buku tersebut, Siti Zuhro mengingatkan, para begawan jurnalis punya tanggung  jawab untuk menjaga kepercayaan kepada masyarakat. Demokrasi yang kini berkembang pada tataran pelaksanaannya berjalan tidak konsisten.

Dan, dalam situasi demikian, maka campur tangan pers sangat diperlukan. Bisa disaksikan, sering kali terdengar bahwa NKRI adalah harga mati. Tapi, untuk pengamalannya masih terasa setengah hati. Nah, soal seperti ini, pers punya tanggung jawab dengan memberi pencerahan.

Pada buku Pers Ideal Untuk Masa Demokrasi, setebal 384 halaman, diungkap beragam peristiwa yang menyangkut Etika Pers, Hukum, dan Dewan Pers. Kebebasan Pers bagi Kebebasan Masyarakat, Peringatan dini bagi Konflik dan Korupsi, Mendengarkan Suara dari Papua dengan sejumlah referensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun