Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah Pesan Universal dari Wukuf

21 Agustus 2018   13:46 Diperbarui: 22 Agustus 2018   11:52 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang awam, sering dipertanyakan mengapa orang yang tengah menunaikan ibadah haji harus wukuf? Sejauh mana pentingnya wukuf itu sehingga tidak sah haji seseorang apabila tidak melakukan wukuf?

Sering kita dengar, pergi haji adalah ke rumah Allah atau Baitullah, tawaf di Ka'bah. Tidak dikatakan pergi untuk wukuf.

Pada hari ini, jemaah haji dari seluruh dunia berkumpul di Arafah. Sedangkan di Tanah Air melaksanakan shalat Idul Adha yang disusul pemotongan hewan kurban.

Bagi anggota jemaah haji, sebelum betolak ke Tanah Suci, pasti paham bahwa menunaikan ibadah haji itu adalah bagian dari rukun Islam. Rukun Islam itu adalah (1) mengucap Syahadah, (2) mendirikan shalat, (3) Puasa di bulan Ramadhan, (4) membayar zakat, (5) pergi haji jika mampu.

Kedudukan syahadat demikian penting dalam Islam. Sampai-sampai disebut bahwa syahadat (persaksian) ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati. 

Implementasinya adalah mengamalkannya melalui perbuatan. Jika seseorang mengaku sebagai Muslim dengan mengucapkannya secara lisan tetapi tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya, maka hal itu tidak membuahkan manfaat dengan syahadatnya.

Penulis tak membahas soal itu terlalu jauh. Hal ini adalah ranah para ustaz dan ulama. Sebab, kalau pun dijelaskan tidak cukup dalam satu semester di bangku kuliah. Nah, penulis membatasi diri terkait dengan ibadah haji. Dan, tentu anggota jemaah haji dari Tanah Air mengerti lantaran sebelum bertolak ke Tanah Suci Mekkah dan Madinah, telah dibekali manasik haji.

Tegasnya, calon jemaah haji diberi bimbingan dan diberi panduan di daerahnya masing-masing. Pada manasik haji diperagaan pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya. Juga diberi arahan bagaimana cara melakukan praktik tawaf, sa'i, wukuf, lempar jumrah, dan prosesi ibadah lainnya seuai kondisi di Tanah Suci.

Dalam ibadah haji, kedudukan wukuf demikian penting. Sampai-sampai anggota jemaah haji yang tengah sakit disertakan dalam safari wukuf, berdiam diri di Arafah. 

Wukuf di Arafah adalah berada di Arafah pada waktu antara tergelincirnya matahari (tengah hari) tanggal 9 Dzulhijah sampai matahari terbenam dengan berpakaian ihram.

Sejatinya kehadiran jemaah haji dari seluruh dunia di Arafah ini merupakan replika di Padang Mahsyar, saat manusia dibangkitkan kembali dari kematian oleh Allah. Karenannya, wukuf punya nilai sangat penting. Jutaan manusia mau bersusah payah datang dari jauh, penuh dengan pengorbanan harta, tenaga, pikiran, dan perasaan.  

Saat itu semua manusia kedudukannya, dengan pakaian ihram, sama di hadapan Allah SWT. Yang membedakan hanyalah kualitas imannya. Tidak ada perbedaan status sosial dan lain-lain. Sekali lagi, hal ini menunjukkan juga bahwa seluruh manusia pada dasarnya sama di mata Allah kecuali atas dasar ketakwaannya.

**

Inti dari puncak ritual haji adalah khutbah wukuf. Dalam prespektif historis, berulang kali diperdengarkan khutbah Rasulullah yang disampaikan pada saat mengerjakan haji terakhir (haji wada`) pada sekitar tahun 10 Hihriyah. Saat itu seratus ribu jamaah turut serta dalam rombongan Rasulullah.

Pelaksanaan wukuf di Arafah pada puncak haji tak hanya sekadar upaya jamaah memeroleh pahala pribadi. Jamaah diharapkan menghayati pesan khutbah wada' yang pernah disampaikan Rasulullah SAW di lokasi tersebut, terlebih menengok kondisi dunia saat ini.

Rasulullah dalam pelaksanaan haji terakhirnya berhenti sejenak di Wadi Uranah untuk menyampaikan khutbah sebelum berwukuf di Arafah. Khutbah itu berisi berbagai pesan penting untuk umat Islam. Khutbah itu kemudian dikenal Khutbatul Wada` atau pidato perpisahan.

Isi khutbah Nabi Muhammad SAW, intinya mengandung pesan-pesan universal kemanusiaan dalam ajaran Islam, sarat dengan nilai-nilai akhlak dan persaudaraan bagi seluruh umat manusia.

Nabi Muhammad SAW menyampaikan hal-hal yang diharamkan, seperti juga diharamkan agama-agama samawi lainnya, membatalkan sesembahan jahiliyah, hingga mewasiatkan perlakuan yang baik terhadap perempuan dengan menyebutkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.

Wahai manusia, Tuhanmu hanyalah satu dan asalmu juga satu. Kamu semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Keturunan, warna kulit, bangsa tidak menyebabkan seseorang lebih baik dari yang lain. Orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling takwa. Orang Arab tidak lebih mulia dari yang bukan Arab, sebaliknya orang bukan Arab tidak lebih mulia dari orang Arab. Begitu pula orang kulit berwarna dengan orang kulit hitam dan sebaliknya orang kulit hitam dengan orang kulit berwarna, kecuali karena takwanya. 

Dalam kontek Indonesia, pesan itu sungguh tetap aktual. Terlebih belakangan ini direndung musibah dan mencana alam, seperti gempa bumi di Lombok. Karenannya pesan Rasulullah sangat relevan dengan kondisi di Tanah Air. Artinya umat manusia tetap bersaudara meskipun mereka menganut agama berbeda-beda.

**

Selain persaudaraan universal, khutbah Rasulullah juga mengandung pesan adanya penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).

Wahai manusia! Sesungguhnya darah, harta kalian, kehormatan kalian sama sucinya seperti hari ini, pada bulan ini, di negeri ini. Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan darahnya, tidak boleh dirampas hartanya dan tidak boleh dicemarkan kehormatannya. Dengan demikian kamu tidak menganiaya dan tidak teraniaya. 

Pada bagian lain dalam khutbah, Rasulullah menegaskan, takutlah kepada Allah dalam bersikap kepada kaum perempuan, karena kamu telah mengambil mereka (menjadi isteri) dengan amanah Allah dan kehormatan mereka telah dihalalkan bagi kamu sekalian dengan nama Allah.

Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isteri kamu dan isteri kamu mempunyai kewajiban terhadap diri kamu. 

Kewajiban mereka terhadap kamu adalah mereka tidak boleh memberi izin masuk orang yang tidak kamu suka ke dalam rumah kamu. Jika mereka melakukan hal demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. 

Pesan ini mengandung makna bahwa kaum perempuan harus diperlakukan sebagaimana manusia lainnya. 

Sebelumnya, di masa jahiliyah (sebelum kedatangan Islam) perempuan diperlakukan sangat buruk. Bayi perempuan dibunuh secara kejam. Di masa Yunani Kuno, perempuan dipandang sebagai makhluk di bawah laki-laki dan tidak mendapatkan hak-hak sipil.

Sesungguhnya perempuan harus mendapatkan penjagaan terus-menerus dari ayahnya semasa kecil dan kemudian oleh suami untuk selama sisa hidupnya.  Islam datang untuk meluruskan itu semua. Islam menghargai hak-hak perempuan. 

Penting diingat bahwa pada saat wukuf di Arafah ini turunnya ayat terakhir Alquran, yang berbunyi:

 “Pada hari ini telah Aku sempurnakan Agama untuk kalian dan telah Aku cukupkan ni’mat-Ku kepada kalian, dan telah Aku ridloi Islam sebagai Agama kalian” (QS Al Ma’idah 3).  Dan dari keseluruhan khutbah Rasulullah, jika disarikan, ada empat poin penting. Yaitu: 

(1) “Inna dimaa-a-kum wa amwaalakum haroomun ‘alaikum” (Sesungguhnya darahmu dan hartamu haram atasmu sekalian). Ini adalah amanah untuk menjaga persaudaraan. Dilarang sesama mu’min untuk saling menumpahkan darah, menyakiti, dan mengambil hartanya dengan cara yang zalim. Sebaliknya satu dengan yang lain dituntut untuk saling menjaga kehormatan dan kewibawaannya.  Mu’min adalah cermin dari saudaranya.

(2) “Wa ribaal jaahiliyyati maudhu’un” (dan riba jahiliyah itu terlarang). Riba adalah perbuatan dosa dan memakannya  sama dengan memakan duri di neraka. Ini menyangkut pergaulan ekonomi yang mesti dilakukan secara halal. Tidak mengandung unsur riba, judi (maisir) dan penipuan (gharar). Meminjamkan uang bukan dengan motif ingin pengembalian yang lebih banyak, melainkan dengan semangat menolong orang yang mengalami kesulitan. Melapangkannya akan berakibat kelapangan di akherat.

(3) “Fattaquullaha fien nisaa-i fainnakum akhodztumuhunna biamaanillah” (Jaga dan bertakwalah kepada Allah dalam hal perempuan, sesungguhnya engkau mengambilnya dengan amanah Allah). Begitu mulia Nabi mengamanatkan persoalan istri. Menjaga badan dan hatinya karena Allah. Sikap suami kepada istri menjadi indikator kemuliaan dan kehinaan dirinya sebagaimana Sabda Nabi “Tidaklah memuliakan istrinya selain orang mulia, tidaklah menghinakannya selain dia orang yang hina”.

(4) “Wa qad taraktu fiikum maa lan tadhilluu ba’dahu in i’tashomtum bihi kitaaballahi” (Dan sesungguhnya aku tinggalkan kepadamu yang jika berpegang padanya tak akan sesat selama-lamanya, Kitabullah). Alquran adalah warisan Allah ‘tsuma awrotsnal kitaab’ yang menjadi buku keselamatan hidup di dunia dan akherat. 

Sekeras dan segila apapun zaman yang ada, jika Alqur’an tetap dibaca dan dijadikan pedoman, maka Allah pasti akan melindungi dan menyelamatkannya. Namun sebaliknya, melepaskan atau menjauhi Alquran maka sudah dapat dipastikan Allah akan melepaskan pula dirinya dan ia pun akan menjadi sasaran penyesatan dari orang-orang rusak yang ada di zaman itu.

Begitulah inti khutbah Nabi Muhammad SAW. Pesan wukuf dari Arafah ini bukan hanya terdengar oleh mereka yang berhaji, tetapi gaungnya terdengar jauh ke ruang yang lebih luas. Dulu, kini, dan yang akan datang.

Sumber:

Republika.co.id (Senin 14 Oktober 2013) "Empat Amanat Rasulullah SAW di Padang Arafah"
Antaranews.com (01/11/2010) "Pesan Universal Wukuf"
Bimbingan Islam Untuk Hidup Muslim
Ensiklopedi Haji & Umrah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun