Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Aroma Mudik Sudah Terasa di Stasiun KA Gambir

24 Mei 2018   18:10 Diperbarui: 24 Mei 2018   18:29 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masuk ke stasiun lebih tertib. Foto | Dokpri

Entah kapan stasiun ini tidak digunakan lagi sebagai pemberhentian bagi KRL Commuter Line. Pemberhentian mengambil tempat di stasiun Gondangdia dan Juanda. Tapi sistem boarding pass tetap diberlakukan pihak PT KAI.

Stasiun ini memang punya sejarah panjang. Berawal dari Halte Koningsplein (Halte Lapangan Raja). Halte kereta api ini terdapat beberapa ratus meter di selatan dari tempat Stasiun Gambir kini berada.

Halte itu kemudian digantikan oleh Stasiun Weltevreden, dibuka pada 4 Oktober 1884 di tempat Stasiun Gambir kini berada. Sampai 1906, jadi stasiun pemberangkatan untuk tujuan Bandung dan Surabaya. 

Pada tahun 1928,  stasiun diperbesar dan satu tahun kemudian mengalami perubahan besar-besaran di mana tampak luar bangunan dengan gaya art deco. Atap penutup diperpanjang pada tahun 1928 hingga ke sisi utara sepanjang 55 meter. Kemudian, pada tahun 1937 stasiun itu diresmikan sebagai Stasiun Batavia, lantas nama stasiun ini diganti menjadi Gambir.

Masuk ke stasiun lebih tertib. Foto | Dokpri
Masuk ke stasiun lebih tertib. Foto | Dokpri
Stasiun KA Gambir yang kita kenal sekarang, sudah berbenah menyambut keberangkatan pemudik dan arus balik. Kesiapan itu makin jelas dari pembenahan sistem perparkiran, yang tidak lagi menggunakan uang tunai tetapi menggunakan kartu uang elektronik yang populer disebut KUE.

Kartu itu selain bisa digunakan untuk parkir, juga bisa digunakan untuk transaksi di pintu gerbang tol elektronik (GTO).

Lainnya lagi adalah sejumlah restoran siap saji di dalam stasiun itu. Ada juga restoran ala nusantra dengan tampilan modern. Gayanya, wah dan mewah. Tapi soal harga, ya terjangkaulah.

Tapi, di kawasan ini, jangan coba-coba mencari makanan kelas pinggir jalan ala warung nasi tegal (warteg), karena sudah tidak ada lagi.

Stasiun KA Gambir memang cantik, sudah memoles wajah. Dalam menyambut para pemudik kini yang dibutuhkan adalah rasa nyaman dan aman. Maklum, penulis masih trauma dengan pencopetnya, yang bergentayangan ketika masih kecil di kawasan itu.

Dulu, kelihaian copet mengambil dompet di saku demikian cepat. Sekarang sih nampaknya tidak ada lagi. Tapi, tetap waspada sih mesti dikedepankan.

Catatan: sumber bacaan satu, dua dan wawancara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun