Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

ASN di Pilkada 2018, "Dibetot" Kiri dan Kanan

7 Mei 2018   16:03 Diperbarui: 7 Mei 2018   16:28 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, melepas peserta jalan sehat dalam rangka kampanye damai di Lapangan Sepak Bola Kelurahan Salassa, Kecamatan Baebunta, Minggu (18/2/2018). Foto | TribunLutra.com

Harmoko, dalam catatan sejarah, memang dikenal sebagai wartawan yang banyak menyuarakan dukungan kepada Pak Harto, atau Soeharto, presiden kedua di negeri ini.

**

Bagaimana dengan sekarang, ASN tetap menjadi 'rebutan'. Ya, rebutan. Di Jakarta memang, di sejumlah kementerian, memang tidak terasa. Tetapi di daerah, wuih, luarrr biasa. Pejabat mulai setingkat RT, RW hingga lurah menjadi bahan garapan para pendukung partai politik (parpol).

Partai saat ini telah memetakan, wilayah mana yang dapat dijadikan 'lumbung' suara dan daerah mana lagi yang masih 'abu-abu' untuk digarap. Cara yang ditempuh, tidak sulit, salah satunya menempatkan orang partai ikut 'nimbrung' di warung kopi setiap hari. Maklum, di daerah, ASN paling suka masuk warung kopi sebelum bekerja.

Saat obrolan tengah berlangsung, mereka menebarkan pengaruh. Kadang, ketika pembicaraan di warung kopi tengah berlangsung, mereka nampak 'kedoknya' karena pembicaraannya membawakan suara partai. Mereka 'ngotot' melakukan pembelaan ketika partainya, misalnya sebagai partai korup.

Kadang mereka itu ikut-ikutan seperti pembicara di televisi. Mengutip kata 'ngibul', setan, bangsat dan kaleng rombeng. Pokoknya, seru deh.

Dapatkah ASN netral. Kita nantikan saat pencoblosan di kotak suara. Foto | Dokpri
Dapatkah ASN netral. Kita nantikan saat pencoblosan di kotak suara. Foto | Dokpri
Hal serupa juga terjadi di berbagai tempat dan kesempatan. Misal, di lingkungan majelis ta'lim, pertemuan informal di lingkungan RT hingga kelurahan. Cuma bedanya, di lingkungan ini cara penyampaiannya halus, tidak terjadi 'ngotot-ngototan'. Apa lagi perdebatan yang ditampilkan seperti di stasiun televisi.

Memang sungguh tepat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPan-RB), Asman Abnur, menekankan pentingnya para ASN bekerja profesional. ASN tidak boleh terbawa arus politik pada Pilkada serentak 2018.

Namun ia pun minta Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) memberi sanksi tegas bagi ASN yang melanggar jika benar-benar terbukti. Ya, sanksi tegas mulai dari tingkat ringan berupa pemotongan tunjangan kerja atau penurunan jabatan hingga sanski berat yakni ASN dikeluarkan.

Benar, terpenting, ASN jangan terpengaruh dengan urusan politik. Jika itu terjadi, jual beli jabatan di lingkungan birokrasi ke depan akan semakin marak. Ujungnya, berdampak kepada penurunan kualitas layanan publik.

Pilkada harusnya juga makin mendorong negeri ini makin mengembangkan demokrasi yang sehat. Membawa anak negeri semakin sejahtera. Bukan untuk melahirkan bandit dan memotong hak ASN, apa lagi membuat rakyat menderita.

Catatan: Sumber bacaan: Satu, Dua dan Tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun