Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelakor dengan Aroma Mistik

21 Februari 2018   16:32 Diperbarui: 21 Februari 2018   16:51 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasannya, Kang Nanang itu orangnya sederhana. Kerja berdisiplin dan sangat jauh dari minuman keras, apa lagi hidup hura-hura dalam kegelapan hari.

Sejak kejadian itu, Surya berinisiatif ingin menyelamatkan kehidupan bosnya dari kehancuran rumah tangga. Sebab, ia sadar betul, jika saja anak dan isterinya mengetahui prihal itu, bisa jadi rumah tangganya hancur. Kantor pun bisa bangkrut.

Apa yang dilakukan Surya?

Di sini menariknya. Mungkin sebagian pembaca ragu, atau tidak percaya.

Langkah awal Surya, sang sopir itu, mengamati siapa saja dalam keseharian yang melayani bos. Mulai dari kebutuhan makan, minum hingga membersihkan ruang kerjanya.

Lalu, dalam dua hari, Surya sudah mendapat data dan informasi bahwa semua yang menyangkut pelayanan di ruang kerja bosnya adalah si pelakor. Bukan si sekretarisnya, Mbak Siti yang kecil mungil itu.

Kesimpukan Surya, bos sudah kena 'guna-guna'. Karena itu, Surya minta izin kepada Mbak Siti agar yang melayani kebutuhan makan dan minum bos diambil alih. Surya pun menjelaskan bahwa bosnya kini tengah 'mabuk' dengan pelakor.

Sejak itu, dengan segala kemmpuannya, Surya bermohon kepada Tuhan agar bosnya dilindungi dari perbuatan zalim sehingga perusahaan tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Singkat cerita, pelakor beberapa hari berikutnya berhalangan hadir. Ia tak ke kantor. Kabarnya, ia sakit. Kesempatan itu dimanfaatkan Surya dan Siti menghadap sang bos. Bos pun kaget dan mengakui bahwa belakangan ini sering berselisih paham dengan isteri dan anak di rumah tanpa sebab. Ia pun mengaku cepat marah hanya karena persoalan sepele saja.

Jadi, begitulah kerja pelakor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun