Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngobrol Nasib Abang Becak

30 Januari 2018   12:06 Diperbarui: 31 Januari 2018   07:55 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, warung atau kedai kopi Hawaii. Foto | Dokpri

Lihat becakku lari

Bagaikan tak berhenti

Becak, becak, jalan hati-hati

***

Anies dan Sandiaga terkesan ingin menarik simpati warga lapisan akar rumput. Kebijakan mengizinkan para abang becak beroperasi di Jakarta adalah salah satu upaya untuk menaikan citranya sebagai gubernur dekat dengan masyarakat lapisan bawah.

Kenyataan itu makin jelas jika melihat kebijakannya yang mengizinkan pedagang kaki lima boleh berjualan di badan jalan. Pemprov DKI pun memberikan tenda untuk lapak mereka secara cuma-cuma.

Kebijakan itu tepat100HariKerjaAnies. Anies memutuskan melakukan penataan dengan menutup dua ruas jalan di depan Stasiun Tanah Abang, Jalan Jatibaru Raya, mulai pukul 08.00 sampai 18.00. Berapa pekan kemudian, kebijakan ini menuai protes dari para sopir angkot karena penghasilannya menurun.

Sementara protes dari para pedagang lain yang menempati Pasar Tanah Abang tidak diindahkan. Kekhawatian animo pengunjung ke pusat perbelanjaan berkurang dan ikut mengurangi pendapatan kini sudah dirasakan pedagang.

Lantas, bagaimana kelanjutan kebijakan becak boleh beroperasi di Ibukota. Yakub, Jaka dan Yudi nampaknya sepakat bahwa kebijakan Anies -- Sandi bakal 'mentah' di tengah jalan. Dari obrolan di warung kopi Hawaii itu, mereka sampai pada kesimpulan bahwa kebijakan becak hanya sebagai 'hentakan' bahwa Anies -- Sandi memperhatikan nasib wong cilik.

Urbanisasi bakal makin kuat ketika becak dibolehkan beroperasi. Itu bisa dilihat dari kisah Bang Ijo yang mendatangkan abang beca dari kawasan Pantura. Ini tidak boleh terulang lagi.

Lalu, mengapa Aneis melakukan itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun