Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngobrol Nasib Abang Becak

30 Januari 2018   12:06 Diperbarui: 31 Januari 2018   07:55 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, warung atau kedai kopi Hawaii. Foto | Dokpri

Abang becak abang becak di tengah jalan
Cari muatan untuk mencari makan
Putar-putar putar-putar kaki mengayun
Pergi jauh keringat pun lalu jatuh

Dari pagi hingga matahari terbenam
Barat Timur Selatan serta Utara
Hujan panas tiada merintangimu
Abang becak abang becak abang becak

***

Ketika masih kecil, Yakub mengaku punya teman putus sekolah. Temannya itu yang bernama Aak tak mau bersekolah lagi seusai menamatkan sekolah lanjutan pertama. Pasalnya, orang tua Aak adalah juragan pemilik becak di tempat tinggalnya.

Orang tua Aak, yang biasa dipanggil Bang Ijo, punya 25 beca dan disewakan kepada warga pendatang dari kampungnya, daerah Kerawang dan Subang. Para pendatang itu tinggal di rumah kontrakan milik Bang Ijo, yang berdiri berderet bagai petak panjang.

Aak tidak tertarik untuk melanjutkan sekolah karena merasa senang menggayuh becak. Mengoperasikan becak terasa menyenangkan. Ia makin menikmati indahnya menarik becak dan sering bercerita perjumpaannya dengan para waria di malam hari.

Kala becaknya ditahan pihak berwajib, Bang Ijo turun tangan dan menebusnya di kantor polisi. Aak memang sering ditahan polisi karena sering melanggar rambu lalu lintas dan menerabas lampu merah.

Yakub masih ingat para abang becak yang tinggal di rumah kontrakan Bang Ijo sering berkelahi.  Kalau hal itu terjadi, dapat dipastikan setoran sewa beca tidak bakal masuk ke tangan Bang Ijo.

Bisnis sewa becak yang dilakukan Bang Ijo kemudian mengalami kemunduran. Pasalnya, becak miliknya banyak diangkut petugas tanpa penganti. Beca-beca milik Bang Ijo kemudian dibuang ke laut dengan alasan untuk dijadikan rumah ikan, rumpon.

Sementara usaha rumah kontrakan berganti penghuni, lebih banyak ditempati para buruh pabrik. Lama-lama dijual satu per satu untuk memenuhi biaya tebusan anaknya, Aak yang berada di rumah tahanan karena ia melakukan perbuatan asusila.

Becak, pada zamannya, memang digemari banyak orang. Sampai-sampai Ibu Sud pun membuat lagu untuk anak-anak dengan syairnya sbb:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun