Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Tertawakan Perceraian Orang Lain

11 Januari 2018   15:48 Diperbarui: 11 Januari 2018   21:05 3596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki hebat selalu ada pendampingnya wanita hebat. Bisa itu seorang ibu dan bisa juga isteri. Isteri itu bagai kitab suci, yang jika dibuang bisa kualat. Karena itu ia harus dipahami. Beda dengan seorang suami, bagai uang yang jika dibuang bisa diambil orang.

Selingkuh itu seperti orang makan permen karet. Habis manis lalu tinggal pahitnya. Jika ingin dibuang susah karena tinggal lengketnya.

Sepenggel ucapan Ahok, Basuki Tjahaja Purnama, ini saya ambil dari video WA yang dikirim melalui isteriku. Tentu saja tidak utuh. Namanya juga penggalan namun jika dicermati video tersebut rasanya, dugaan penulis, direkam sebelum Ahok mengangkat gugatan cerai kepada isterinya Veronica Tan.

Ahok duduk disamping sang sopir yang mewawancarai. Seorang wanita dan pria mewawancarainya juga ikut dari kursi belakang, yang ketika mendapat jawaban Ahok selalu melempar tawa. Lucu. Ya, memang jawaban Ahok lucu.

Kepada Tuan Ahok, penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam membuat transkrip di atas. Mungkin titik dan komanya tidak tepat.  Awal cerita dan akhir dari wawancara itu pun tak jelas. Kapan video itu dibuat, kapan ditayangkan, penulis pun tak tahu persis.

Bagi penulis menceritakan kehidupan rumah tangga, terlebih dalam bentuk gelar wicara, atau lebih populer 'talk show' pada media massa: televisi atau radio yang disuguhkan dalam bentuk santai, dalam perjalanan di kendaraan, terasa lebih menarik. Apalagi Ahok bicaranya saat itu demikian "lepas", menyampaikan humor seperti kebanyakan anak-anak kampus yang tengah membicarakan "gacoannya" atau "gebetannya" masing-masing.

Jika saja orang banyak melihat video ini dan kemudian dikaitkan berita "mengejutkan" Ahok melayangkan gugatan cerai, boleh jadi banyak pihak awal kemunculan berita itu ditanggapi sebagai hoax.

Kini, seberapa jauh kelanjutan dari berita tentang gugatan cerai Ahok kepada isterinya itu, sesungguhnya hingga kini masih terus dinantikan publik.

***

Realitasnya memang berita mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menggugat cerai istrinya, Veronica Tan, turut diwartakan oleh media Malaysia, The Star. Ini artinya, berita itu sudah beredar demikian luas.

"Pengacara Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama membenarkan mantan gubernur Jakarta, yang dipenjara karena penistaan agama, menempuh jalur hukum untuk menceraikan istrinya, Veronica Tan," tulis laman thestar.com.my.

Mengutip pernyataan pengacara Josefina Agatha Syukur, laman tersebut juga mengabarkan gugatan cerai sudah dilayangkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Pengacara menolak menjelaskan alasan gugatan cerai tersebut karena merupakan masalah pribadi pasangan tersebut dan sidang perceraian akan tertutup untuk umum.

Media tersebut juga menyebutkan Veronica, setelah Ahok divonis penjara selama dua tahun pada 9 Mei 2017, menangis dalam konferensi pers saat membacakan surat Ahok yang menjelaskan mengapa ia tidak mengajukan banding.

Lagi-lagi berbagai spekulasi muncul ke permukaan. Namun kesemuanya masih dugaan. Ada apa dan mengapa Ahok menceraikan isterinya Veronica Tan?

Saya pun belum dapat informasi utuh tentang gugatan cerai Ahok. Sehingga belum bisa memberi komentar kepada kedua pasangan yang tengah menghadapi krisis rumah tangga ini. Apa lagi penulis tak paham aturan main perceraian menurut keyakinan agama mereka.

Harus ada penyadaran bahwa membangun keluarga sakinah bukan pekerjaan mudah. Selain pasangan suami isteri itu harus banyak mengedepankan sikap sabar, juga dalam setiap kesempatan harus mengetengahkan sikap pemaaf. Ini artinya perjalanannya membentuk keluarga sakinah banyak cobaan.

Namun dalam Islam, apa yang harus dilakukan ketika terjadi keretakan rumah tangga? Yaitu, di antaranya:

1. Masing-masing pihak harus memperlakukan pasangan hidupnya dengan lemah lembut dan bijaksana meski ada sesuatu yang tidak disukai kala itu.

2. Membimbing dan menasihati. Mungkin kedua pasangan itu tidak optimal dalam menjalankan tugasnya. Karena itu, mereka harus siap menerima dan memberi nasihat. Keharominisan rumah tangga akan terwujud jika suami isteri siap untuk diperbaiki.

3. Perlu mediasi kedua pihak. Ini jika semua langkah sudah ditempuh tetapi tidak membuahkan hasil. Karena itu perlu mediasi untuk mencari solusi.

4. Talak. Ini dilakukan bila semua upaya sudah ditempuh dan tak membuahkan hasil dan jalan peraikan menemui jalan buntu. Pilihan terakhir adalah perceraian.

***

Penulis pernah menyaksikan rekan yang tengah dalam proses perceraian. Sebut saja namanya Haji Habdu, pengusaha di kawasan pinggiran Pontianak. Ia punya pasar swalayan besar dan bisnis lainnya. Ia memiliki tujuh anak dan menceraikan isterinya karena sering menyembunyikan keuntungan dari bisnisnya.

Uang dari keuntungan toko disembunyikan di atas loteng. Lembaran uang digrogoti tikus. Bukan untung yang didapat, tapi buntung. Lalu, ia menjatuhkan talak. Urusan bisnis berantakan, anak terlantar dan bangkrut. 

Usai cerai, Habdu keluar rumah hanya mengenakan telana pendek. Beberapa tahun kemdian nikah kembali setelah mengalami kepedihan mendalam. Ia pun menyadari bahwa perceraian merupakan pintu masalah mental dan sosial bagi anak-anak, keluarga besar, bahkan lingkungan sosial terdekat.

Jika ditelusuri ke belakang, penyebab perceraian itu banyak. Bisa karena faktor ekonomi, komunikasi, perbedaan latarbelakang, inkonsisten atau labil, perselingkuhan, kesibukan pekerkaan atau profesi, nafkah batin,  kurang perhatian dan saling curiga,  bertengkar dan kekerasan dalam rumah tangga. Yang jelas, perceraian melahirkan masalah baru bagi anak dan orang sekitar. Termasuk keluarga besar dari pasangan bersangkutan.

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang pernah menjabat sebagai Dirjen Bimas Islam  menyebut bahwa angka perceraian karena perbedaan politik atau partai dalam penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah (pemilu dan pilkada) cenderung naik dari tahun ke tahun.

Meski itu berita lama, tetapi bisa jadi pula bahwa dalam suasana kekinian masih terasa aktual. Untuk itu ia jauh hari mengingatkan untuk mewaspadainya. "Urusan politik adalah urusan sesaat, sementara urusan keluarga adalah urusan seumur hidup, bahkan sampai akhirat," ia mengingatkan.

Apakah gugatan Ahok kepada isterinya itu juga punya kaitan dengan Pilkada yang pernah dilakoninya tahun lalu. Juga tidak ada yang dapat menduga ke arah ini. Tapi sah-sah saja jika ada orang berspekulasi Ahok tengah menghadapi tekanan batin demikian dalam di dalam bui Kelapa Dua Brimob, Jakarta, terkait dengan sejumlah pilihan yang dihadapi ke depan.

Apa pilihan-pilihan ke depan Ahok itu. Kita tak pernah tahu. Boleh jadi, hal itu hanya Tuhan dan Ahok yang akan menentukan jalan keluarnya. Karena itu, jangan tertawakan orang yang tengah menghadapi proses perceraian. Rasulullah, Nabi Muhammad SAW jauh hari sudah mengingatkan bahwa "Sesuatu yang halal tetapi paling dibenci Allah adalah perceraian".

Karena itu, sekali lagi, jangan tertawakan perceraian orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun