Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Tertawakan Perceraian Orang Lain

11 Januari 2018   15:48 Diperbarui: 11 Januari 2018   21:05 3596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Penulis pernah menyaksikan rekan yang tengah dalam proses perceraian. Sebut saja namanya Haji Habdu, pengusaha di kawasan pinggiran Pontianak. Ia punya pasar swalayan besar dan bisnis lainnya. Ia memiliki tujuh anak dan menceraikan isterinya karena sering menyembunyikan keuntungan dari bisnisnya.

Uang dari keuntungan toko disembunyikan di atas loteng. Lembaran uang digrogoti tikus. Bukan untung yang didapat, tapi buntung. Lalu, ia menjatuhkan talak. Urusan bisnis berantakan, anak terlantar dan bangkrut. 

Usai cerai, Habdu keluar rumah hanya mengenakan telana pendek. Beberapa tahun kemdian nikah kembali setelah mengalami kepedihan mendalam. Ia pun menyadari bahwa perceraian merupakan pintu masalah mental dan sosial bagi anak-anak, keluarga besar, bahkan lingkungan sosial terdekat.

Jika ditelusuri ke belakang, penyebab perceraian itu banyak. Bisa karena faktor ekonomi, komunikasi, perbedaan latarbelakang, inkonsisten atau labil, perselingkuhan, kesibukan pekerkaan atau profesi, nafkah batin,  kurang perhatian dan saling curiga,  bertengkar dan kekerasan dalam rumah tangga. Yang jelas, perceraian melahirkan masalah baru bagi anak dan orang sekitar. Termasuk keluarga besar dari pasangan bersangkutan.

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang pernah menjabat sebagai Dirjen Bimas Islam  menyebut bahwa angka perceraian karena perbedaan politik atau partai dalam penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah (pemilu dan pilkada) cenderung naik dari tahun ke tahun.

Meski itu berita lama, tetapi bisa jadi pula bahwa dalam suasana kekinian masih terasa aktual. Untuk itu ia jauh hari mengingatkan untuk mewaspadainya. "Urusan politik adalah urusan sesaat, sementara urusan keluarga adalah urusan seumur hidup, bahkan sampai akhirat," ia mengingatkan.

Apakah gugatan Ahok kepada isterinya itu juga punya kaitan dengan Pilkada yang pernah dilakoninya tahun lalu. Juga tidak ada yang dapat menduga ke arah ini. Tapi sah-sah saja jika ada orang berspekulasi Ahok tengah menghadapi tekanan batin demikian dalam di dalam bui Kelapa Dua Brimob, Jakarta, terkait dengan sejumlah pilihan yang dihadapi ke depan.

Apa pilihan-pilihan ke depan Ahok itu. Kita tak pernah tahu. Boleh jadi, hal itu hanya Tuhan dan Ahok yang akan menentukan jalan keluarnya. Karena itu, jangan tertawakan orang yang tengah menghadapi proses perceraian. Rasulullah, Nabi Muhammad SAW jauh hari sudah mengingatkan bahwa "Sesuatu yang halal tetapi paling dibenci Allah adalah perceraian".

Karena itu, sekali lagi, jangan tertawakan perceraian orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun