"Nggak usah. Kecuali kalau sudah besar," kata Jamil singkat.
"Kamu bisa bantu, nggak?" tanyanya.
"Urusin yang kaya' gitu, kalau kita orang kecil, nggak dipandang. Udah sabar aja dulu," pinta Jamil sambil berlalu membawa bakpao yang masih hangat.
Ilham tak ingin kehilangan kesempatan. Selagi ada peluang, ya harus direbut. Menjual bakpao yang kini tengah naik daun di mata publik tidak boleh disia-siakan. Namun ia menyayangkan, untuk urusan sertifikasi halal baru ia sadari tidak semudah membalik sebelah telapak tangan.
Andai saja para ulama punya kepedulian dengan orang kecil, harusnya MUI turun tangan mendata pedagang kecil dan kemudian diberi bantuan. Bantuan modal saja tidak ada, apa lagi memberi sertifikasi halal. Ia pun menggerutu dalam hati, jangan-jangan bakpao yang dijualnya nanti diisukan tidak halal. Ini yang sangat dikhawatirkan.
Terlebih, kini ia tahu bahwa larisnya bakpao dalam sepekan terakhir bukan karena didasari pergeseran pola konsumsi mahasiswa. Bukan juga karena bakpao memiliki cita rasa lezat semata, tetapi lebih pada perubahan mental mahasiswa. Yaitu, adanya suatu gerakan mengonsumsi bakpao dikaitkan dengan memar kepalanya Setya Novanto.
Ilham mendapat cerita dari warga sekitar bahwa Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto mengalami kecelakaan. Disebut oleh pengacaranya, Fredrich Yunadi, Â kening Ketua Umum Partai Golkar itu menderita memar yang besar. Dia memperkirakan, memar tersebut sebesar kue bakpao.
Karena disebut kue bakpao itulah dagangan Ilham jadi laris manis. Perdagangan kue bakpao ikut terpengaruh dengan sentimen pasar. Disusul lagi dengan adanya gerakan mahasiswa makan kue bakpao. Tak dipahaminya, mengapa mengonsumsi bakpao harus ada suatu gerakan. Momentumnya pun bersamaan dengan kasusnya.
Padahal, yang ia pahami, beberapa tahun lalu ada anjuran gerakan dari pemerintah agar warga sebaiknya lebih banyak mengonsumsi ikan laut. Sebab, alasan yang diangkat pemerintah, akan memberi dampak pada kesehatan bagi pertumbuhan fisik. Terutama bagi anak-anak ke depannya.
"Kok, bukan gerakan itu?" tanyanya dalam hati.
"Ah, sudahlah!"